Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Banyak Utang, Stok Obat di RSUD Embung Fatimah Kosong
Oleh : Yosri Nofriadi
Rabu | 06-12-2017 | 09:02 WIB
Sidak-dewan-batam-ke-RSUD-Embung-Fatimah.jpg Honda-Batam
Komisi IV DPRD Kota Batam saat sidak ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah, Kota Batam (Foto: Yosri Nofriadi)

BATAMTODAY.COM, Batam - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah, Kota Batam, terbelit utang. Akibatnya, pasokan obat pasien kosong sejak awal bulan Maret tahun ini.

Adanya utang piutang itu terungkap ketika anggota Komisi IV DPRD Kota Batam melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke rumah sakit plat merah tersebut.

Ketua Komisi IV DPRD Kota Batam, Djoko Mulyono, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan penyelidikan atas stok obat yang kosong. Kekosongan obat itu karena pihak distributor tak lagi mengirimkan obat yang di pesan rumah sakit. Sebab pihak rumah sakit belum membayar tunggakan pembelian obat yang sudah menumpuk.

"Mana mau distributor mengirim obat kalau utang lama belum dilunasi. Kalaupun sudah dibayar, mereka pasti ragu memberi utang lagi," ujar Djoko, Selasa (5/11/2017).



Kekosongan stok obat itu, kata Djoko, sudah mulai terjadi sejak bulan Maret tahun ini. "Saya sudah menerima laporan masyarakat sejak bulan Maret lalu. Ini sudah sembilan bulan rumah sakit ini kekurangan obat-obatan," ujarnya.

Akibat banyaknya kekosongan obat, pasien BPJS Kesehatan menjadi dirugikan. Sebab mereka yang membutuhkan obat harus menebus di luar rumah sakit. Padahal, obat-obatan tersebut seharusnya mereka dapatkan secara gratis karena ditanggung BPJS Kesehatan.

"Parasetamol, obat yang sedemikian murahnya saja tidak dimiliki rumah rumah sakit ini," ujar Udin, anggota Komisi IV DPRD Batam.

Sementara anggota Komite Medik RSUD Embung Fatimah, Jamal, mengatakan bahwa kosongnya stok obat di RSUD Embung Fatimah itu sudah disampaikan oleh para dokter. Namun keluhan dokter itu tidak ditangani serius oleh manajemen rumah sakit.

"Waktu rapat para dokter selalu disampaikan kalau stok obat kurang. Tapi jawaban manajemen selalu iya-iya saja. Satu minggu lagi sepertinya bisa-bisa kami mogok kerja lagi. Kami tidak mau dituntut pasien," ujar Jamal.



Permasalahan rumah sakit ini, kata Jamal, bukan saja terjadi di kurangnya stok obat-obatan tapi juga di peralatan medis rumah sakit. Contoh kecilnya saja seperti, slang oksigen, kantong darah dan sejumlah peralatan medis banyak yang kurang.

"Beberapa pasien terpaksa harus dirujuk ke rumah sakit lain. Bagaimana kami mau kerja kalau alatnya hanya cuma satu dan perlengkapan lainnya tidak lengkap," ujarnya lagi.

Ketua Komite Medik RSUD Embung Fatimah, Yanuar menyampaikan, anggaran Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) tahun 2017 senilai Rp17,9 miliar dirasanya masih kurang untuk pembelian obat-obatan.

"Kebanyakan pasien kita peserta BPJS Kesehatan. Jadi bisa dikatakan keuntungan rumah sakit nol," ujarnya lagi.



Sementara itu, untuk Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2017 senilai Rp19 milliar digunakan untuk kebutuhan lain sebagaimana mestinya. Untuk itu, Yanuar berharap, pemerintah menganggarkan di APBD untuk obat-obatan di rumah sakit berplat merah tersebut.

"Cara ini dianggap satu-satunya jalan untuk mengatasi keterpurukan rumah sakit tersebut," katanya mengakhiri.

Editor: Udin