Nurdin Sebut Merosotnya Industri Manufaktur di Batam Sumbang Keterpurukan Ekonomi Kepri
Oleh : Ismail
Selasa | 26-09-2017 | 22:36 WIB
Gubernur-Nurdin-Basirun.gif
Gubernur Kepulauan Riau, Nurdin Basirun (Foto: Ismail)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun mengatakan, jika dilihat dari sisi produksi pertumbuhan ekonomi Kepri, saat ini didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 36,62 persen, konstruksi 17,70 persen serta pertambangan dan penggalian 14,36 persen.

Dari ketiga sektor tersebut, kata Nurdin, saat ini hanya sektor konstruksi yang tumbuh sebesar 4,33 persen, sementara sektor lainnya menunjukkan kontraksi atau penurunan.

"Peran pemerintah yang signifikan terlihat pada pendekatan perbandingan antara triwulan II 2017 dengan triwulan I 2017, di mana pada sisi pengeluaran, pertumbuhan pada triwulan ini yang terbesar berasal dari pengeluaran konsumsi pemerintah yang mempunyai andil sebesar 2,06 persen dan tumbuh sebesar 86,69 persen," terangnya saat pidato pada Paripurna Istimewa HUT ke-15 Provinsi Kepulauan Riau di Kantor DPRD, kawasan Dompak, Senin (25/9/2017) kemarin.

Beberapa waktu lalu, Gubernur bahkan mengakui, salah satu penyebab anjloknnya ekonomi Kepri disebabkan terpuruknya industri manufaktur di Batam. Oleh karena itu, dirinya berupaya untuk menggali potensi pendapatan lainnya di setiap daerah di Provinsi Kepri.

Disebutnya, Kepri sebagai wilayah strategis memiliki potensi yang kaya. Sayangnya, potensi-potensi tersebut belum digali secara maksimal. Seperti, Anambas dan Bintan dengan potensi pariwisata, Natuna dengan potensi kemaritiman, Lingga dengan pertanian dan daerah lainnya.

Jika potensi tersebut digali dengan maksimal, lanjut Nurdin, maka pertumbuhan ekonomi Kepri tidak melulu hanya mengandalkan Batam saja.

"Kalau seperti ini kan berbeda. Jika Batam terpuruk, maka berpangaruh kepada pertumbuhan ekonomi lainnya," katanya belum lama ini.

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau, Panusunan Siregar, mengaku pesimis jika Provinsi Kepri dapat mengejar target pertumbuhan ekonomi pada angka 5,85 persen hingga akhir tahun 2017. Bahkan, melihat target tersebut dirasa tidak akan mungkin tercapai, mengingat keterpurukan perekonomian Kepri yang saat ini pada titik kritis pada angka 1,52 persen atau menduduki peringkat kedua ke bawah dibandingkan provinsi lainnya.

"Sangat tidak mungkin. Apalagi, saat ini kita berada di titik dua terendah dibandingkan provinsi lainnya," ujarnya saat penyampaian materi pada Seminar Hari Statistik Nasional di Kantor BPS, Jalan Ahmad Yani, Tanjungpinang, Selasa (26/9/2017).

Dalam kegiatan seminar yang mengangkat tema "Membedah Perlambatan Ekonomi Kepri" tersebut, Panusunan memaparkan ada beberapa sektor yang menjadi pemicu terpuruknya pertumbuhan ekonomi Kepri. Yakni, sektor industri pengolahan, infrastruktur, dan pertambangan. Ditambah lagi, selama ini 71 persen geliat eonomi Kepri ditentukan oleh Batam.

"Jika ekonomi Batam meningkat satu persen, maka menyumbang 0,76 persen pertumbuhan ekonomi Kepri. Dan, berlaku sebaliknya jika menurun," terangnya.

Namun, lanjut Panusunan, dari ketiga sektor yang menjadi pemicu dalam merosotnya ekonomi Kepri, 91 persen dipengaruhi oleh sektor pengolahan yang notabene terpusat di Batam. Jadi, bila sektor pengolahan tersebut terganggu atau mengalami kemerosotan yang mendalam, akan sangat mempengaruhi anjloknya pertumbuhan ekonomi Kepri.

"Jadi sudah jelas, mengapa ekonomi kita anjlok. Karena, sektor industri di Batam sedang sangat merosot, maka mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kepri," sebut Panusunan.

Editor: Udin