KCW Minta Wali Murid Jangan Selalu "Menghalalkan" Permintaan Guru
Oleh : Habibie Khasim
Sabtu | 14-01-2017 | 14:26 WIB
hamid-kcw.jpg

Penasehat Kepri Corruption Watch (KCW), Abdul Hamid (Foto: dok.batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Penasehat Kepri Corruption Watch (KCW), Abdul Hamid, meminta wali murid di Provinsi Kepulauan Riau agar tidak terlalu memanjakan guru. Apalagi takut dengan guru, karena guru adalah seorang pendidik yang harus dijadikan sahabat dan juga penuh kekurangan. 

Untuk itu, wali murid diharapkan tidak selalu "menghalalkan" permintaan guru, apalagi hal-hal yang berbau pungutan liar dan bentuknya melanggar aturan.

"Apalagi Saber Pungli sudah dibentuk, ini bisa membantu wali murid, jangan takut mengadu jika memang itu salah," tutur Hamid saat ditemui di kantornya, Sabtu (14/1/2017).

Hamid mengatakan, dewasa Ini memang banyak ditemukan guru mengajak wali murid rapat untuk suatu kepentingan, seperti memungut uang sumbangan atau membeli lembar kerja siswa (LKS). Naasnya, wali murid selalu menyetujui permintaan guru, namun setelah pulang dari rapat, barulah mereka berkomentar miring tentang apa yang mereka sepakati.

"Ini sudah tidak boleh lagi dilakukan. Jangan setuju tapi di luar berkoar, ditangkap oleh publik, jadinya fitnah. Jika memang tidak setuju ya langsung, jangan takut guru mau mainkan nilai atau apa, kalau mereka berbuat begitu dilaporkan kembali," tutur Hamid.

Hamid juga mengatakan, wali murid yang ekonominya menengah ke atas juga harusnya memikirkan wali murid dari golongan bawah.

"Kepala Dinas Pendidikan Tanjungpinang mengatakan subsidi silang, tapi pada prakteknya wali murid yang senang itu sedikit yang mau. Mereka setuju aja tapi tidak memikirkan yang susah ini. Makanya wali murid yang hidupnya senang, juga harus memikirkan yang susah saat mengambil keputusan bersama," tutur Hamid.

Hamid juga berharap, pemerintah mengawal semua guru di Provinsi Kepri. Pasalnya, praktek pungli dengan alibi rapat bersama wali murid telah banyak dilakukan. Meskipun halal, namun banyak yang terpaksa karena sebuah ketakutan ataupun kalah suara.

"Jangan dibiarkan kegiatan seperti ini, mau jadi apa dunia pendidikan kalau dibuat seperti ini," tutur Hamid.

Editor: Udin