Ini Alasan Penumpang Pompong Enggan Pakai Life Jacket
Oleh : Nursali
Selasa | 23-08-2016 | 15:15 WIB
penumpangpompong.jpg

Begiilah para penumpang kapal kayu, pompong di Kepri, tak ada yang pakai alat pelampung. (Foto: Nursali)

BATAMTODAY.COM, Karimun - Life Jacket merupakan salah satu alat keselamatan berlayar yang paling utama yang harus dimiliki oleh tiap-tiap kapal dalam melakukan pelayaran. Baik itu kru kapal maupun penumpang.

Namun tidak demikian halnya dengan masyarakat kepulauan. Life jacket bagi mereka merupakan suatu yang sangat merepotkan. Sehingga satu alat keselamatan tersebut tidak pernah digunakan selama dalam masa pelayaran.

Hal ini terbukti saat tenggelamnya kapal pompong yang mengangkut 17 penumpang beserta tekong di perairan Tanjungpinang menuju Pulau Penyengat pada Minggu (21/8/2016) lalu. Beberapa korban sama sekali tidak mengenakan life jacket.

"Susah, masyarakat kita ini nggak mau pakai life jacket. Yang panas lah, ribet lah. Memang sering dikasih, tapi orang tu nggak mau pakai, malah dipegang gitu aja. Kadang diletakkannya di sampingnya," kata Ketua Persatuan Boat Pancung Desa Parit Balai, Suhaimi menjawab BATAMTODAY.COM saat ditemui di pelabuhan Pancung Belakang Gabion Tanjungbalai. Selasa (23/8/2016).

Alasan tersebut didukung pula dengan penyediaan life jacket yang tidak mencukupi, meskipun beberapa Instansi seperti KSOP Tanjungbalai, Lanal Karimun, Polair Polres Karimun dan Dinas Perhubungan telah menyumbangkan bantuan Life Jacket kepada kelompok tersebut.

"Memang kami selalu dapat bantuan life jacket, tapi tak cukup. Nanti kalau kami berikan, kan percuma, ada yang dapat ada yang tidak. Daripada nanti ada kecemburuan sosial, lebih baik kami kumpulkan dulu, baru kami bagikan," imbuhnya.

Ia juga memaparkan, alasan lainnya bagi masyarakat kepulauan enggan menggunakan alat keselamatan tersebut ialah karana hampir seluruh masyarakat yang berada di Provinsi Kepri ini mampu berenang. Bahkan salah satu upaya penyelamatan saat terjadi kecelakaan di laut ini dikaitkan-kaitkan dengan teologis. Sehingga calon penumpang dan nelayan kebanyakan semakin enggan mengenakannya.

"Pernah dia bilang, ini laut Allah yang punya, kok Bapak pula yang ngatur. Kalau mati dimana aja ya tetap mati Pak. Seperti itu dia bilang, kita mau cakap apalagi?," ocapnya.

Di tempat yang berbeda, Staf Keselamatan Berlayar Penjagaan dan Patroli, Hariadi Utama mengungkapkan, pihaknya selalu mengecek alat keselamatan pada bood pancung yang digunakan masyarakat lokal untuk bepergian antar pulau, meskipun himbauan untuk menggunakan life jacket telah disampaikan. Namun pihaknya juga tetap menjumpai pelanggaran-pelanggaran tersebut.

"Kita selalu mengawasi dan menyuruh mengenakan life jacket, tapi ya itu tadi, masih ada juga yang nggak pakai," pungkasnya.

Editor: Dardani