Dugaan 'Perampasan' Dana Siswa Miskin Berlanjut ke DPRD Tanjungpinang
Oleh : Habibi
Selasa | 03-11-2015 | 14:33 WIB
Teluk Bintan-20151103-01185.jpg
Kepsek SMAN 1 Tanjungpinang, Imam Syafe'i saat melakukan klarifikasi di DPRD Tanjungpinang. (Foto: Habibi)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Anggota Komisi I DPRD Kota Tanjungpinang melakukan pertemuan dengan Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tanjungpinang, Imam Syafe'I. Agendanya, membahas masalah bantuan siswa msikin (BSM) yang diduga langsung "dirampas" oleh pihak sekolah setelah wali murid mencairkan dana tersebut dari bank.

Seperti yang diberitakan BATAMTODAY.COM sebelumnya, maka dalam kesempatan itu, Imam membantah, pihaknya tidak pernah mengambil uang tersebut dari siswa setelah diambil dari Bank.

Saat konprensi pers bersama Ketua Komisi I, Maskur Tilawahyu dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang, HZ. Dadang A.G., kepada awak media yang hadir, Imam membantah adanya "perampasan" hak para anak-anak yang tidak mampu tersebut. Bahkan, dia mengaku sangat mengayomi dan miris melihat anak-anak yang tidak mampu tersebut.

"Kita tidak pernah melakukan pemungutan atau perampasan, uang itu memang keperluannya untuk dana pendidikan, tapi kita tidak pernah memaksa anak untuk membayar uang sekolah. Bisa dicek ke Bendahara, hanya beberapa orang saja yang baru bayar uang sekolah," ujar Imam kepada Awak media, saat dtemui di kantornya, Selasa (3/11/2015).

Imam mengakui bahwa saat pencairan dana sebesar Rp. 1 juta perorang tersebut memang didampingi oleh pihak sekolah. Namun hal tersebut, kata dia atas permintaan dari pihak Bank, agar teratur dan tidak semraut.

"Tapi di sana tidak ada pemungutan atau perampasan uang anak. Hanya memang ada 2-3 orang anak yang bayar uang sekolah, tapi tidak kami paksa," ujar mantan Pjs Ketua PGRI Kota Tanjungpinang tersebut.

Terkait berita ini sampai keluar, Imam malah menuding 1 orang siswanya yang disebutnya bermasalah, membocorkan hal tersebut. Bahkan saat mediasi dengan awak media, Anggota Dewan, Kepala Dinas dan Imam kompak menunggu wali murid siswa yang disebutnya bermasalah tersebut untuk hadir, namun tidak menghadiri undangan dari Imam.

"Memang ada siswa yang bermasalah, tidak bayar uang sekolah sampai sekarang, dan uang yang dia terima itu sama wali muridnya, tidak kita ambil. Kita juga sudah mengundang, tapi tidak hadir, untuk klarifikasi masalah ini," ujar Imam.

Kembali Imam menegaskan, bahwa pihak sekolah tidak pernah memaksakan siswa untuk membayar uang sekolah seperti yang disebutkan narasumber kepada BATAMTODAY.COM.

Berbeda dengan Imam, beberapa orang siswa yang mendapatkan bantuan tersebut, saat diwawancarai, mengaku memang Kepsek tidak pernah memaksa, namun guru dan bidang yang menangani uang sekolah siswa-lah yang diduga mengintimidasi mereka dengan kata-kata kurang pantas untuk seorang pendidik.

"Saat uang itu udah dapat, guru bilang, nanti dibayarkan uang sekolah ya, yang utama itu uang sekolah, terus mintaknya juga kmi bilang kasar, nyindir-nyindir, pokoknya sampai nangislah kami, karena malukan," ujar salah satu siswa yang ditemui di sekolah, Selasa (3/11/2015).

Siswa mengaku sangat sadar bahwa mereka belum membayar ung sekolah, namun ada keperluan lain yang mendesak juga untuk sekolah, sehingga menjadi beban juga untuk mereka dan orang tua mereka.

"Seperti kemarin, kami mau bayar uang buku tahunan, kata dia buku tahunankan bisa kapan-kapan, uang sekolah itu yang penting," ujar siswa kelas XII ini.

Sebelum pertemuan dengan DPRD dan awak media, menurut pengakuan siswa tersebut, Kepala Sekolah telah memanggil siswa penerima bantuan. Imam mengatakan bahwa masalah ini telah mencoreng nma sekolah dan guru.

"Guru yang mungut itu bilang ke kami, tidak da kan ibu maksa kalian. Macam mana pulak kami sampai nangis, tapi dia bilang tidak maksa, caranya itu lo menurut kami kasar dan tidak enak, kadang datang ke kelas, nagih uang sekolah," ujar siswa tersebut.

Menurut pengakuan, siswa, mereka telah 4 kali menerima bntuan tersebut, dan uang itu hanya "menumpang" di rekening mereka, setelah itu langsung diambil oleh guru.

Editor: Dardani