Kecewa, Kesan Peserta Jambore Pemuda Indonesia di Tanjungpinang
Oleh : Charles Sitompul
Senin | 02-11-2015 | 11:11 WIB
JPI-Gurindam.png
Hari Sumpah Pemuda (HSP) dan Jambore Pemuda Indonesia (JPI) tingkat Nasional di Tanjungpinang saat mengucapkan Gurindam 12 di penutupan acara tersebut. (Foto: Charles)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Puncak Hari Sumpah Pemuda (HSP) dan Jambore Pemuda Indonesia (JPI) tingkat nasional yang diikuti kontingen dari 34 provinsi di Indonesia selama lima hari di Tanjungpinang‎, Provinsi Kepri, telah ditutup pada Sabtu (31/10/2015) kemarin.

Ratusan peserta yang mengikuti kegiatan JPI mengaku banyak meninggalkan pesan dan kesan terhadap acara yang menghabiskan anggaran miliaran rupiah dari APBN dan APBD Provinsi Kepri itu. 

Kendati diliputi rasa senang karena acara telah selesai dan peserta akan segera kembali ke daerah masing-masing, namun sebagian peserta mengaku banyak mengalami rasa "pahit" saat menjalani kegiatan demi kegiatan. Mereka menyoroti minimnya sejumlah fasilitas, seperti MCK, air bersih, listrik, transportasi, dan jadwal kegiatan yang dilaksanakan. 

Rasyid, peserta dari Daerah Istimewa Yogyakarta, mengaku sangat senang mengikuti kegiatan JPI di Tanjungpinang karena keramahan warganya. Namun, di balik kesenangan itu, dia menyimpan kekecewaan terhadap panitia penyelenggara, terkait tata tertib kegiatan yang sering molor dan tidak teratur.

"Saya sangat terkesan di Kepri, khususnya di Tanjungpinang, karena wilayahnya yang dikelilingi laut. Untuk JPI sendiri juga terkesan, namun pesan saya agar Kepri bisa mengadakan kegiatan tingkat nasional lebih baik lagi. Kita mengharapkan tata tertib acara itu tolong ditaati. Lebih dipertegas gitu dalam menyusun jadwal, kalau A ya A jangan malah molor atau malah langsung loncat," kata Rasyid saat ditemui usai kegiatan penutupan JPI di Lapangan Dewa Ruci, akhir pekan lalu.

Senada dikatakan oleh Sujino, peserta dari Kalimantan Barat. Dia pun menyesalkan jadwal kegiatan yang tidak tertib. Selain itu, kesiapan panitia penyelenggara dalam menyediakan fasilitas juga dinilai kurang maksimal.

"Ya kita sih tidak masalah, cuma harusnya lebih siap. Kemarin, tenda kami malah roboh, seperti asal-asalan dalam membangun tenda," ujar Sujino. Baca: Habiskan Dana Miliaran, Fasilitas Kemah JPI Dikeluhkan Peserta

‎Hal yang sama, juga dikatakan rekan Sujino, yang menilai keberadaan tenda kemah JPI terkesan asal jadi. Bahkan, peserta wanita ini mengatakan, kalau bagi kaum pria, tenda asal-asalan, mungkin tidak jadi masalah, namun baginya sebagai  kaum hawa, hal-hal tersebut menjadi sebuah masalah besar. 

Sementara Nuraini Tri Utami, peserta dari Provinsi Riau, mengaku, sangat kecewa dengan konsumsi yang disediakan panitia --yang menurutnya, terkesan 'sembarangan' dalam memasaknya. Kemudian tempat fasilitas mandi-cuci-kakus (MCK) yang menurutnyaa sangat menyedihkan.

"Konsumsi sama MCK itu asal jadi, mana air susah lagi. Selain itu tenda kami bocor, barang-barang basah semuanya. Seperti kurang persiapan, contoh, kami sampai saja listrik belum masuk, penerangan tidak ada, yang terutama itu ya MCK dan air yang sulit didapat," ujar pemudi yang akrab disapa Aini ini.

Senada dikatakan oleh Fika dari Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Indah dari DIY, yang turut mengomentari masalah MCK serta sulitnya mendapatkan air. Bahkan mereka mengaku, selama mengikuti rangkaian kegiatan JPI, pernah mandi menggunakan air mineral, karena tidak ada air untuk digunakan.

"Kalau kesan banyak, pesan untuk Kepri juga lebih banyak, kesannya ya acaranya berjalan baik, masyarakat ramah, acaranya meriah. Namun pesannya, ya kedepan tolong lebih ditingkatkan lagi, MCK-nya kalau acara di outdor, ketersediaan air, penataan acara yang lebih baik, jadwal jangan molor-molor lagi, karena kapok acara molor 4 jam kemarin," tutur Fika.

"Kami pernah melakukan kegiatan ini di Jogja, namun ya lebih baik disana, bukan memuji, tapi kami melihat. Seperti wilayah perkemahan, musim hujan gini becek, kami berasa jalan disawah, kebersihan kurang, kalau di Jogja dulu ada cleaning servicenya. Ya kedepan, Kepri kalau jadi tuan rumah kegiatan Nasional lebih antisipasilah," tambah Indah.

Selain itu, tentang tempat beribadah, khususnya untuk agama Islam, para peserta memang disediakan mushala, namun pelaksanaannya tidak ada, kata para peserta. Hal itu dikarenakan kondisi lahan yang becek, sehingga tidak dapat melakukan kegiatan keagamaan.

Tidak hanya dari peserta, keluhan pun disampaikan oleh Ketua Bidang Sumber Daya Manusia Dewan Perwakilan Pusat (DPP) Purna Prakarya Muda Indonesia (PPMI) dari Jakarta, Fadlan Muzakki. Dia mengeluhkan tentang sistem transportasi yang ada di Kepri, yang memang dikatakannya kurang maksimal. 

"JPI kali ini yang menjadi masalah itu memang transportasi, itu yang harus diperbaiki. Seperti transportasi dari bandara ke Perkemahan atau ke lokasi JPI, itu sangat kurang. Transportasi udaranya juga, kita agar kualahan mengatur keberangkatan, karena maskapainya kurang, jadwalnya juga tidak banyak, jadi agak sulit," tutur Fadlan.

Editor: Dodo