Cegah Radikalisme dan Terorisme, BNPT Bersama FKPT Kepri Gelar Pelatihan ToT
Oleh : Devi Handiani
Rabu | 13-04-2022 | 18:08 WIB
Lat-ToT-TPI.jpg
BNPT bersama FKPT Kepri saat menggelar pelatihan ToT di Aula SMAN 4 Tanjungpinang, Rabu (13/4/2022). (Ist)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Paham radikalisme dan terorisme di Indonesia akhir-akhir ini mulai dimoderasi di lingkungan dunia pendidikan. Untuk itu, Badan Nasional Penangulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan FKPT Kepri menggelar pelatihan Training of Trainer (ToT) di Aula SMAN 4 Tanjungpinang, Rabu (13/4/2022).

Melalui acara kegiatan ToT, menjadi guru pelopor moderasi beragama sebagai strategi pencegahan terorisme dilaksanakan oleh BNPT dan Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Provinsi Kepulauan Riau.

Ketua FKPT Kepri, Fauzi mengatakan, kegiatan ToT dapat menambahkan kasanah ilmu dan bisa diterapkan di lingkungan sekolah. "ToT dapat mendorong pendidik menerapkan pencegahan terorisme dan radikalisme, terutama bagi peserta didik khususnya, masyarakat umumnya," katanya.

Kasubdit Kontra dan Propaganda BNPT, Drs Sujatmiko menjelaskan, kebijakan pemerintah dalam giat pencegahan dan strategi pengembangan paham terorisme dan radikalisme, dengan menyebar buku-buku yang berisi dalil menyimpang dan akar dari radikalisme berawal dari permasalahan salah satunya agama, di mana agama dijadikan ideologi.

"Paham ini yang salah, sebab agama adalah Wahyu yang sangat mulia, agung dari Yang Maha Kuasa, bukan ideologi yang dijadikan pandangan politik, namun sangat naif jika dijadikan distorsi hanya kepentingan politik," ujarnya.

Selanjutnya di beberapa tempat ada kejadian fenomenal di tahun 2018 ada kejadian paham menyimpang, melaksanakan bom bunuh diri bersama keluarga. Kemudian ada kejadian bom Sibolga di tahun 2018 lalu, juga begitu ironisnya di mana suaminya meledakan diri dengan bom bunuh diri, istrinya ketakutan serta akhirnya menyerahkan diri.

"Teori konspirasi sering dimunculkan untuk mengalihkan isu terorisme, karena bisa mengorbankan semua nyawa dalam keluarganya. Pemicu lain ada juga bahan ajar, banyak sekali ditemukan ada kata-kata memicu seperti saya rela mati jika agama saya dizolimi, kata kata ini memicu anak-anak untuk mengarah kepada perubahan sikap," pungkasnya.

Selain itu, bentuk lain terorisme juga menurut peraturan perundangan undangan sparatis Papua, jika masuk terorisme, paham kilafahisme, komunisme, leninisme, ini juga dianggap ancaman terorisme.

"Jadi motif yang utama adalah agama, di mana agama yang distorsi yang pemahaman agama yang dangkal, bercampur paham agama dari luar misalkan ISIS, atau paham lain dari mana saja, akan memberikan warna sikap yang merusak," ujarnya.

Selanjutnya, Kepala Badan Kesbangpol Pemprov Kepri, Lamidi menyebutkan, moderasi beragama itu salah satu contoh memberi kebebasan orang lain melaksanakan dan menjalankan agamanya, mengembangkan telorensi, menghargai agama lainnya.

"Bukan kita ikut-ikut, kalau keluar masuk dari rumah ibadah atau ikut-ikutan agama orang lain serta faktor penyebab berkembangnya radikalisme dan terorisme itu antara lainnya, sisi ekonomi, kecemburuan sosial, pemerataan sosial ekonomi dan pemerataan kesejahteraan sosial masyarakat dan lain-lain," jelas Lamidi.

Beberapa langkah pencegahan terorisme, yang perlu dilakukan jika ada deteksi dini lingkungan tentang keberadaan terorisme dan radikalisme laporkan ke RT/RW setempat jika ada lingkungan atau warga yang menyimpang. Hindari kesejangan sosial di lingkungan masing-masing, terbuka dengan lingkungan, orang yang tidak terbuka atau tidak bergaul dicek, tumbuhkan semangat gotong-royong.

"Teknik pencegahan yakni tanamkan adat/budaya setempat, filtrasi budaya dari luar, melestarikan adat/budaya setempat, menghargai kearifan lokal budaya setempat," ujarnya.

Editor: Gokli