Nurdin Basirun Serukan Penyengat Jadi Pulau Religi Kepri
Oleh : Charles Sitompul
Jum\'at | 05-04-2019 | 19:04 WIB
santri-penyengat.jpg
Gubernur Kepri, H Nurdin Basirun saat membuka Tasmi 30 juz Santri Pulau Tahfiz usai safari subuh di Masjid Raya Sultan Riau Penyengat,Tanjungpinang, Jumat (5/4/2019). (Ist)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Gubernur Provinsi Kepri, H Nurdin Basirun berharap, sejarah besar yang dimiliki Pulau Penyengat sebagai kawasan parewisata religi, akan semakin bersinar dan tumbuh berkembang, palagi disandingkan dengan kearifan lokal Budaya Melayu yang dimiliki.

Pemerintah, kata Nurdin, merasa sangat penting untuk mensupport dan memacu pembangunan Pulau Penyengat menjadikan pulau tahfis tersebut. Karena Pulau Penyengat adalah aset yang sangat berharga dan kebanggaan Indonesia maupun dunia.

"Mari bersama-sama kita jadikan, Pulau Penyengat ini, sebagai icon yang terus berkembang menjadi kebanggaan daerah di mata dunia. Melalui Tasmi 30 Juz, mari kita jadikan Pulau Penyengat menjadi mutiara dan terus kita dorong menjadi Pulau Tahfiz," ujar Nurdin saat membuka Tasmi 30 juz Santri Pulau Tahfiz usai safari subuh di Masjid Raya Sultan Riau Penyengat,Tanjungpinang, Jumat (5/4/2019).

Nurdin menyatakan, sangat yakin dengan sistem 'one day one ayat atau one juz' bukan hal yang mustahil menjadikan anak-anak di Kepri menjadi penghafal alquran. "Melalui Pulau Tahfiz Penyengat, akan ikut membangun karakter dan pondasi akidah Islam yang kuat dan kokoh pada masyarakat dan generasi muda dimasala yang akan datang. Insya Allah keberkahan akan selalu hadir," katanya.

Nurdin pun berpesan, agar masyarakat aktif menjaga Pulau Penyengat dari sampah, agar hari ini sampai nanti tidak ada lagi sampah-sampah di laut mau pun berserakan di darat.

"Kepada maysrakat saya berpesan, jangan minta bangun jalan atau pun bangunan yang lain, kalau pondok tahfiz belum dibangun di Pulau Penyengat ini. Dan tolong jaga kebersihan dan jangan buang sampah sembarangan," pesannya.

Sementara itu, Sekdaprov Kepri, H TS Arif Fadillah megajak semua pihak, untuk bersama-sama mendorong Pulau Penyengat agar dapat mengkokohkan diri sebagai pulau qurani. Sebagai bentuk amal jariyah bersama dalam pengembangan pulau tahfiz di dalam perhatian dan santunan untuk fasilitas santri.

"Pulau Tahfiz ini untuk mengulang kembali kejayaan peradaban islam di Penyengat dahulu, yang mana sudah terbukti alquran besar yang ditulis tangan pemuda asli penyengat pada abad 18," imbau Arif.

Sementara itu, tokoh masyarakat Penyengat, Raja Hafis mengatakan, ke depan anak-anak penyengat sendiripun dapat mengikuti pengembangan tahfiz ini, karena ini menjadi contoh dalam berkehidupan sehari-hari. "Jadikan kebiasaan di pondok menjadi kehidupan bermasyarakat agar pengembangan diri tidak hilang sampai kapanpun," kata Hafis.

Dalam data yang disampaikan oleh panitia pelaksana Rully Attaki, jumlah santri pada angkatan pertama sendiri sebanyak 1.056 orang dan yang terseleksi sebanyak 14 santri yang telah menyesaikan program 6 bulan.

"Namun tidak langsung kembali ke daerah asalnya, tetapi selama 6 bulan ke depan disebar di Pulau Penyengat untuk mengajarkan alquran kepada anak-anak," katanya.

Panita juga membuka kembali program Karantina Tahfidz Alquran untuk angkatan kedua dan yang mendaftar hingga saat ini telah mencapai 1.500 orang yang berasal dari seluruh Indonesia. "Kami mengajak Bapak/Ibu yang memiliki Rumah Layak Pakai di Pulau Penyengat yang tidak digunakan, agar dapat dijadikan sebagai rumah Asrama Santri Tahfidz. Insyaallah ini akan menjadi amal jariyah yang akan terus mengalirkan pahala," kata Rully Attaki.

Kegiatan tersebut, setelah 6 bulan para Santri Tahfidz menghafal Alquran intensif di Pulau Penyengat, selanjutnya akan dilakukan Tasmi' 30 Juz dan Khataman pada Jumat 5 April 2019 bertempat di Masjid Sultan.

Kegiatan, dimulai dari Jumat Subuh hingga malam, santri akan memperdengarkan hafalan Alquran 30 juz serta pemabagian sertifikat dan rekomendasi oleh Gubernur yang telah hafal 30 juz untuk masuk Universitas Islam Madinah dan bantuan untuk imam binaan mesjid Nur Ilahi.

Editor: Gokli