Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Teknologi Ban yang Bisa Melaju Meski Sudah Bocor
Oleh : Redaksi
Minggu | 30-07-2017 | 10:30 WIB

BATAMTODAY.COM, Bogor - Saat ini ada teknologi ban yang masih bisa diajak melaju meski sudah bocor. Ada pabrikan yang menamakan run flat tire, ada juga Michelin yang menyebut teknologi itu dengan nama Zero Pressure (ZP).

Maksudnya zero pressure di sini adalah, saat ban bocor dan kehilangan tekanan angin, ban itu masih bisa melaju di kecepatan tertentu dalam jarak tertentu. Biasanya, ban jenis itu direkomendasikan bertahan dengan kecepatan maksimal 80 km/jam dalam jarak 80 km.

Apa bedanya jenis ban tersebut dengan ban biasa? PDP Business Manager Michelin Indonesia, Refil Hidayat mengatakan, perbedaannya ada pada kekuatan di dinding ban.

"Jadi ada tambahan penguatan struktur di dinding ban. Di dinding itu jadi lebih tebal dan lebih kuat strukturnya. Pada saat hilang anginnya, ban itu tetap bisa jalan dengan kecepatan maksimal 80 km/jam dan jarak 80 km," kata Refil di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Kenapa dibatasi kecepatan dan jaraknya? Menurut Refil, itu menyangkut alasan keselamatan.

"Karena pada saat sudah kehilangan angin, yang akan menanggung beban dan speed itu totally di ketebalan dinding itu. Pada saat speeding lebih, dikhawatirkan tidak kuat menanggung beban dan speed-nya," ucap Refil.

Refil menyebut, jika bocor atau rusaknya ada di bagian tapaknya, maka ban itu bisa diperbaiki. Namun jika rusaknya di bagian dinding, Refil tidak menyarankan ban itu diperbaiki, sebaiknya langsung diganti saja.

Menambal ban
Memperbaiki ban atau menambal ban yang bocor boleh saja asal bocornya ada di tapak ban. Namun, jika lubang yang bocor ada di dinding ban, tidak direkomendasikan untuk ditambal sebaiknya langsung diganti saja demi keselamatan.

"Bocor disamping harus diganti. Itu berhubungan dengan konstruksi ban," katanya.

Saat ini, banyak ban berteknologi radial. Jika ban radial itu dibongkar, akan terlihat lapisan-lapisan bannya mulai dari benang sampai baja.

"Kenapa saat tusukan samping tidak direkomendasikan untuk di-repair, karena konsturksi di samping itu cuma benang doang," ucap Refil.

Kemudian, profil atau dinding ban biasanya akan naik-turun seperti suspensi ketika digunakan. Ketika bagian dinding ban rusak, dan benang pada bagian itu putus sementara ban bekerja naik-turun seperti suspensi terus, maka akan membahayakan.

"Misalnya lari di tol, terus ada tambalan di samping, di titik tertentu ban itu tidak enggak kuat naik-turunnya, bisa meledak bannya. Lebih parah kalau yang meledak itu ban belakang, bisa keguling mobil dia. Makanya kita tidak rekomen untuk me-repair ban yang bocor di dindingnya. Karena enggak akan kuat," kata Refil.

"Kalau (bocornya) di tapak masih bisa di-repair, tapi melihat kondisinya. Kita merekomendasikan maksimal lebar lubangnya itu 6 mm. Kalau lebih dari itu kita enggak rekomen untuk repair. Karena sudah terlalu banyak kerusakan strukrurnya," tambahnya.

Sumber: Detik
Editor: Surya