Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menyaksikan Ekonomi Batam Menuju Kebangkrutan (Bagian-7)

Mudik Selamanya, Kunci Rumah Dititip Security
Oleh : Irwan Hirzal
Senin | 10-07-2017 | 08:24 WIB
Pemudik-di-pelabuhan-Batuampar-728x3491.gif Honda-Batam
Ribuan warga Batam yang mudik lebaran, sebagian dari mereka tidak kembali lagi ke Batam. (Foto: Romi Candra)

RIBUAN warga Batam menyerah. Pertarungan hidup di Batam semakin berat. Lebih pahit daripada saat Indonesia didera krisis moneter 19 tahun lalu. Bagaimana kisah mereka? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Irwan Hirzal mengenai sebagian kisah mereka yang mudik selamanya.

Setahun terakhir ini, sumber-sumber kehidupan di Kota Batam seperti mengering. Pulau yang dulu pernah menebar daya tarik itu, kini benar-benar bagai sahara yang tandus. Kering kerontang. Benar-benar berubah seratus delapan pulu derajat dengan Pulau Batam, dua tahun lalu.

Seorang Ketua Rukun Tetangga (RT) di kawasan Bengkong, sebut saja Robert, menuturkan kepada BATAMTODAY.COM, sudah lebih dari 5 orang warganya telah mudik habis, alias pulang kampung selamanya. Alasannya, sudah tidak tahan lagi bertahan hidup di Batam.

"Tak ada kerja, sementara cicilan rumah dan sebagainya, harus terus dibayar," ujar Robert.

Setelah pamitan, tutur Robert, ada warganya yang menitipkan kunci rumahnya kepada petugas security kompleks. Sembari berpesan, jika ada orang bank yang datang mencari dirinya, kasih saja kunci rumah itu.

"Dia titipkan kunci rumah kepada petugas security, terus dia pulang kampung dan tak balik lagi ke Batam," tuturnya.

Sementara itu, seorang Ketua RT lainnya, sebut saja Herman, juga mengungkapkan kisah serupa. Kali ini lebih ironi lagi. Seorang warganya yang merupakan orang asing, tidak saja menitipkan kunci rumahnya, tapi juga istrinya sekalian.

Baca: Anomali Investasi dan Kesuksesan Hatanto Membunuh Harapan

"Warga saya malah menitipkan kunci rumah, sekaligus istrinya. Dia orang Singapura, beli rumahnya kontan," ujar Herman kepada BATAMTODAY.COM.

Entahlah, apakah Herman balik ke Singapura karena sumber kehidupan di Pulau Batam yang sudah kering kerontang. Atau, malah istrinya yang dititipkan ke security itulah yang sudah 'kering'. Entahlah!

Sementara itu, seorang warga Sei Panas Batam, sebut saja Rosa, mengungkapkan, dia terpaksa memboyong anak-anaknya pulang kampung. Karena sudah tidak tahan lagi hidup di Batam. "Tapi suami saya masih tinggal di Batam, mana tahu nanti ekonomi di Batam bisa pulih lagi," ujar Rosa.

Ada ribuan lagi warga Batam yang bernasib seperti Rosa. Mereka hanya bisa 'lempar handuk' karena sumber kehidupan di Batam benar-benar telah menyesakkan dada.

Sementara itu, seorang security sebuah hotel bintang di kawasan Marina City, sebut saja Ruslan, mengungkapkan, operasional hotel tempatnya bekerja semakin hari kian berat. Tingkat hunian merosot tajam.

"Kalau tidak tertolong hotel groupnya di Malaysia dan Singapura, sudah tutup hotel tempat saya," ungkap Ruslan.

Tapi, lanjutnya, jika kondisi ini terus menerus seperti ini, paling lama setengah tahun ke depan, hotelnya akan tutup.

"Semua hotel di Batam seperti ini, berat. Ini lebih berat dari krisis moneter 98 dulu," tegas Ruslan.

Semoga, ribuan warga Batam yang ternista, teraniaya, terenggut kehidupannya, berdo'a untuk masa depan Batam yang ditinggalkannya.

Entah do'a-do'a apa yang mereka panjatkan. Semoga kejayaan Batam segera kembali atau semoga orang-orang yang menyebabkan Batam sengsara, segera menerima azabnya.

Entahlah!

Editor: Dardani