Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pompa Semangat Militer, Duterte Contohkan Perkosaan
Oleh : Redaksi
Sabtu | 27-05-2017 | 19:14 WIB
aksi-protes-daryrat-militer-di-mendanao.gif Honda-Batam
Sejumlah aktivis melakukan unjuk rasa di dekat Istana Malacanang, Manila, Jumat (26/5/2017), memerotes keputusan Presiden Rodrigo Duterte memberlakukan darurat militer di wilayah Mindanao dan sekitarnya.(NOEL CELIS / AFP)

BATAMTODAY.COM, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Jumat (26/5/2017), menggunakan contoh tentara yang memperkosa warga saat menjelaskan soal status darurat militer yang diberlakukannya.

Duterte, yang kerap membumbui pidatonya dengan bahasa jalanan, membuat pernyataan itu dalam pidatonya di sebuah pangkalan militer untuk memompa semangat prajurit yang menghadapi meningkatnya ancaman ekstremisme.

"Untuk darurat militer ini dan semua  konsekuensinya, saya yang akan bertanggung jawab. Kerjakan tugas kalian. Saya tangani sisanya," ujar Duterte.

"Saya bersedia dipenjara demi kalian. Jika kalian memperkosa tiga (perempuan), saya akan katakan saya pelakunya," tambah Duterte.

Duterte memberlakukan status darurat militer di seluruh Mindanao dan sekitarnya untuk merespon serangan militan pro-ISIS ke kota Marawi.

Duterte mengatakan, kelompok militan itu berniat mendirikan kekalifahan di seluruh Mindanao yang dihuni sekitar 20 juta orang.

Status darurat militer, lanjut Duterte, adalah satu-satunya jalan untuk menghancurkan kelompok militan ini.

Sementara itu, militer Filipina segera memberlakukan sensor untuk media massa dan media sosial untuk melindungi "keamanan nasional" di seluruh wilayah yang mendapat status darurat militer.

"Kami akan melaksanakan hak untuk melakukan sensor," kata juru bicara militer Brigadir Jenderal Restituto Padilla.

Dalam jumpa pers itu Padilla menegaskan, sensor akan dilakukan berdasarkan tiga hal.

"Pertama, untuk memastikan keselamatan jiwa, kedua untuk memasukan keamanan operasi dan  keselamatan prajurit yang bertugas di lapangan, serta untuk keamanan nasional," kata Padilla.

Sehingga, lanjut Padilla, pihaknya meminta agar media massa menggunakan akal sehat dalam mengabarkan sebuah berita.

"Jika kalian tahu kabar itu akan membahayakan publik dan tak banyak membantu, lebih baik tak usah dikabarkan karena polisi kemungkinan akan mengetuk pintu rumah Anda dan menangkap Anda," Padilla menegaskan.

Sumber: AFP
Editor: Udin