Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hasil Riset, Polusi Suara Ganggu Ketahanan Hidup Hewan
Oleh : Redaksi
Sabtu | 06-05-2017 | 12:38 WIB
burung-kacer.jpg Honda-Batam

Burung kacer. (Foto: burungnya.com)

BATAMTODAY.COM, Miami - Suara manusia mencemari lebih dari separuh wilayah cagar alam di Amerika Serikat, dan pencemaran suara tersebut dapat mengganggu kemampuan hewan untuk berburu dan bertahan, ungkap peneliti pada Kamis (4/5/2017).

 

Kebisingan terdengar di 492 situs yang ditujukan sebagai tempat keanekaragaman hayati di seluruh negara itu, ungkap laporan di jurnal Science.

Peneliti menemukan bahwa kebisingan melampaui tiga desibel (dB) di 63 persen wilayah yang dilindungi, ungkapnya. Di 21 persen area, polusi suara tercatat 10 desibel lebih tinggi daripada yang seharusnya tanpa pengaruh manusia.

"Itu berarti antara kenaikan dua kali atau 10 kali lipat tingkat suara di atas alam," kata pemimpin penulis Rachel Buxton, ahli biologi konservasi di Colorado State University.

Buxton mengatakan bahwa suara yang ditimbulkan dari manusia mengurangi area tempat suara asli dapat terdengar antara 50 sampai 90 persen. "Jadi jika Anda dapat mendengar sesuatu pada jarak 30 meter, sekarang Anda hanya dapat mendengarnya dari jarak tiga sampai 15 meter," katanya.

Algoritma komputer digunakan untuk memperkirakan sumber untuk suara asli di sebuah area, berdasarkan fitur uniknya.

Sumber suara tambahan mencakup eksplorasi minyak dan gas, perekahan untuk gas alam timbal dan sejumlah aktivitas pertambangan serta suara lalu lintas sepeda motor dan kendaraan. Dampak dari suara tambahan tersebut bisa sangat luas.

"Burung akan kesulitan menemukan pasangan, atau spesies mangsa mungkin tidak dapat mendengar predator yang sedang mendekat dan akan lebih cepat dimangsa," ujar Buxton.

"Sekalipun hanya satu spesies yang benar-benar terkena dampak kebisingan secara langsung, dampak ini dapat menyebar ke dalam komunitas ekologi."

Peneliti menyatakan penelitian tersebut menunjukkan bahwa polusi suara manusia, meski kerap dianggap sebagai masalah perkotaan, bisa mencapai jangkauan yang lebih jauh dibandingkan yang sebelumnya dipahami, demikian AFP.

Sumber: ANTARA
Editor: Yudha