Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Uskup Anglikan Singapura Kecam Gay di "Beauty and the Beast
Oleh : Redaksi
Selasa | 14-03-2017 | 16:03 WIB
filmgay.jpg Honda-Batam

Beauty and the Beast tetap lolos sensor di Singapura, meski ada konten gay. (Foto: Reuters/Mario Anzuoni)

 

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Seperti bisa diduga, adanya konten gay di Beauty and the Beast juga menjadi masalah di Asia Tenggara. Malaysia yang dikenal dengan dominasi Muslim, memutuskan memotong adegan gay di film yang dibintangi Emma Watson dan Dan Stevens itu. Penayangannya pun ditunda.

 

Di Singapura, yang juga ketat soal LGBT—penyanyi Adam Lambert sampai dilarang menghibur di sana saat tahun baru karena dianggap terlalu gay—Beauty and the Beast lolos-lolos saja. “Film itu mulus melewati regulator tanpa penyuntingan,” dilaporkan The Straits Time. Di situs-situs bioskop Singapura, film itu disebut akan tayang Kamis (16/3) mendatang.

Namun seorang Uskup Anglikan Rennis Ponniah mengeluarkan saran resmi menjelang pemutaran filmnya. Saran itu ditayangkan di situs web Gereja Katedral St Andrew di Singapura.

Ponniah meminta kependetaan berseru pada jemaah gerejanya, mewanti-wanti soal adanya konten gay di film. Menurutnya, Disney sudah mulai mengubah nilai-nilai normatifnya.

“Film Disney untuk hiburan anak biasanya berkaitan dengan nilai-nilai yang utuh dan mainstream. Tapi waktu telah berubah di level dasar. LeFou digambarkan sebagai gay dan momen gay termasuk dalam subplot film,” ia mengawali imbauannya dalam situs web gereja.

Ponniah melanjutkan, “Orang tua disarankan melindungi anak-anak mereka dari film itu, dan terhadap pilihan hiburan anak-anak mereka di era dengan perubahan begitu cepat ini.”

Ia menegaskan, pekan ini Dewan Gereja dan Keuskupan Nasional akan bekerja keras untuk itu.

Beauty and the Beast, dengan karakter LeFou (Josh Gad) yang diam-diam menyukai Gaston (Luke Evans), disebut-sebut menampilkan karakter dan adegan gay pertama di jagat film Disney. Beberapa waktu belakangan memang Disney diminta lebih merangkul komunitas LGBT.

Namun keputusan sutradara Bill Condon dan Disney untuk menempatkan karakter gay dalam Beauty and the Beast, justru menimbulkan kontroversi di beberapa negara. Rusia sempat hendak melarangnya. Sebuah bioskop di Alabama memilih tidak akan memutar film itu.

Di Indonesia sendiri, sejauh ini tidak ada protes. Lembaga Sensor Film pun menegaskan Beauty and the Beast lolos sensor 100 persen, tanpa pengebluran maupun pemotongan.

Sosiolog dari National University of Singapore, Tan Ern Ser berpendapat, Ponniah sebenarnya tidak berniat memboikot film itu. Sosok terpandang di agama Kristen itu hanya mengimbau jemaahnya untuk lebih menjaga anak-anak mereka dari nilai buruk.

“Saya percaya kebanyakan generasi muda itu inklusif dan akan menganggap pemutaran momen gay itu bukan masalah besar, mengingat itu juga merupakan refleksi di masyarakat kita. Faktanya, orang gay, cinta yang gay dan hubungan gay itu memang ada,” Tan menerangkan.

“Saya berpendapat tidak seorang pun seharusnya memaksakan nilai moral mereka kepada yang lain. Tapi mereka bebas untuk hidup dengan pendirian mereka pribadi dan membesarkan anak mereka sendiri,” ia melanjutkan. Soal itu, tergantung kepercayaan orang tua masing-masing.

Mengutip The Sraits Times, beberapa orang tua di Singapura berpendapat berbeda-beda. Seorang konsultan pemasaran berusia 43 tahun, Wilfred Chan mengatakan ia tidak akan membiarkan putranya yang berusia 14 tahun untuk menonton Beauty and the Beast.

Namun seorang ibu rumah tangga, Jamie Tan (38) mengaku akan membiarkan putrinya—yang masih berusia sembilan tahun—menonton film itu. “Itu akan menjadi kesempatan yang bagus untuk menjelaskan konsep homoseksualitas kepadanya, jika dia menyadari dan bertanya soal itu.”

Ponniah dan Wilfred tidak sendiri. Di Amerika sendiri, ada kelompok agama Kristen yang berusaha memboikot Beauty and the Beast. Kelompok orang tua juga ada yang berusaha mengajak yang lain untuk menjauhkan anaknya dari film adaptasi animasi Disney 1991 itu.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Dardani