Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ancaman di Balik Berita Hoax
Oleh : Redaksi
Senin | 13-03-2017 | 14:14 WIB
hoax.jpg Honda-Batam

Ilustrasi anti hoax. (Foto: Ist)

Oleh: Ardian Wiwaha

BEBERAPA hari lalu, publik kembali dikejutkan dengan peristiwa kerusuhan yang terjadi antara Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI). Dugaan penyebab awal mengapa perisitwa pembakaran terhadap markas GMBI di Bogor oleh FPI terjadi lantaran adanya kabar bohong alias hoax dimedia sosial.

 

Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala Bidang Humas Polda Jabar, Komisaris Besar Yusri Yunus yang mengatakan bahwa pecahnya kerusuhan antara FPI dan GMBI disebabkan oleh adanya bentuk provokasi yakni berita hoax yang sengaja disebar dimedia sosial.

Secara khusus Yusri menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada anggota GMBI yang terlibat pada keributan dengan FPI disekitar kantor Polda Jabar kala itu.

Hoax adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjukan pemberitaan palsu atau usaha untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah satu contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang atau kejadian yang sebenarnya

Menurut seorang philologist asal Inggris, Robert Nares (1753–1829), berpendapat bahwa kata "Hoax" berasal dari kata "Hocus", yang berarti "menipu". Hocus juga merupakan kependekan mantra sulap yaitu "Hocus Pocus". Namun maksud penggunaan kata hoax pada pemberitaan palsu berbeda dengan pada pertunjukan sulap.

Dalam pemberitaan palsu, pendengar atau penonton tidak sadar sedang dibohongi, sedangkan pada suatu pertunjukan sulap, penonton justru mengharapkan supaya ditipu.

Di berbagai negara, hoax pun menjadi tradisi selama acara tertentu dan pada waktu tertentu setiap tahunnya, hoax dilakukan oleh banyak orang dan kelompok dengan tujuan untuk bersenang-senang. Yang paling terkenal adalah Hari April Mop. Walaupun kata hoax sangat populer dan hampir seluruh orang di dunia memahami maksudnya. Tapi kebanyakan orang justru tidak mengetahui bagaimana sejarah penggunaan kata hoax sendiri.

Bahaya Hoax

Maraknya pemberitaan palsu atau hoax yang berkembang akhir-akhir ini dinilai sebagai permasalahan darurat yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Sentimen hingga upaya fitnah tatkala menyelimuti berkembangnya isu hoax agar senantiasa menarik dan mendapatkan respon yang positif dari publik.

Meskipun menarik dan asyik untuk dibaca, perlu diketahui bahwa pemberitaan hoax memiliki efek samping yang sangat berbahaya bagi suatu kelompok bahkan negara sekalipun. Seperti fitnah dan sentimen dalam melakukan penyerangan terhadap suatu kelompok atau ormas yang ada, ibarat sebuah pancing, berita hoax adalah umpan segar yang sengaja dilempar untuk menumbukan sentimen hingga perpecahan.

Tak usah dikhawatirkan apabila berbagai gesekan dan benturan akan terbentuk lantaran memang hal tersebut merupakan tujuan dan target yang harus dicapai oleh sang provokator pembuat pemberitaan hoax.

Penanganan Hoax

Maraknya kasus dan pemberitaan hoax yang berkembang dimedia massa diharapkan dapat ditanggapi secara cerdas dan dewasa oleh masyarakat. Perlu adanya penyegaran kesadaran dan kewaspadaan bersama dalam menanggulangi dan meminimalisir maraknya kasus hoax yang semakin hari dinilai semakin merajarela.

Upaya pemerintah melalui Kementerian Pertahanan, Badan Intelijen Negara, Polri dan beberapa instansi terkait lainnya yang mewacanakan akan membangun Badan Siber Nasional dalam waktu dekat, diharapkan dapat menaggulangi permasalahan perihal pemberitaan hoax dan mendukung secara penuh agar rencana tersebut dapat terealisasi.

Oleh karenanya, jangan mudah terpancing dengan isu, berita, dan sumber informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dan senantiasa mulai menanamkan sikap filterisasi dan semangat toleransi guna menyaring isu hoax hingga meminimalisir bentuk provokasi yang ingin memecah bela Bhinekka Tunggal Ika. *

Penulis adalah Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia