Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jokowi Undercover, Opini yang Difaktakan
Oleh : Redaksi
Selasa | 24-01-2017 | 14:50 WIB
undercover-jokowi.JPG Honda-Batam

Buku Jokowi Undercover. (Foto: Ist)

Oleh: Ardian Wiwaha

AWAL tahun 2017 publik Indonesia dikejutkan dengan launchingnya sebuah buku yang berjudul “Jokowi Undercover: Melacak Jejak Sang Pemalsu Jatidiri” karangan Bambang Tri Mulyono.

Buku yang kerapkali disandingkan dengan buku karangan George Junus Aditjondro yang bercerita tentang Gurita Cikeas, dinilai penuh akan kontroversi dan pernyataan sepihak dalam rangka membuka tabir hitam sang penguasa.

Seakan konten buku penuh akan kebencian dan mengutuk sang penguasa, kini buku Jokowi Undercover beserta pengarangnya harus rela berhadapan dengan Mabes Polri lantaran isi buku tersebut dapat dikatakan jauh dari fakta terpandang.

Rasa penasaran menyelimuti pemikiran masyarakat seantaro negeri ini, tatkala nama seorang Bambang Tri Mulyono mem-bombing dengan tulisan kontroversinya di buku Jokowi Undercover.

Ternyata pria yang akrab dengan sapaan Bambang ini berasal dari keluarga yang cukup terpandang. Setelah dirunut dari lingkungan keluarganya, ternyata Bambang merupakan Adik Kandung dari anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sekaligus Ketua Badan Pengkajian MPR, Bambang Sadono.

Pria kelahiran Blora, 5 Mei 1971 Jawa Tengah ini memang dikenal dekat sebagai penulis yang kental akan aroma politik.
Diketahui bahwa Bambang memiliki afiliasi politik yang berseberangan dengan Presiden Jokowi. Hal ini dapat dilihat rekam jejak media sosialnya yang terlihat simpati mendukung Calon Presiden Probowo Subianto pada Pilpres 2014 silam yang disertai dengan salah satu unggahan foto dirinya bersama dengan Politisi Partai Gerindra yang sekaligus menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon.

Jelas menggemparkan tatkala buku yang ditulis oleh Bambang yang berjudul Jokowi Undercover secara gamblang menyatakan bahwa Mantan Gubernur DKI ini cacat dalam kebenaran data pada saat pemilihan walikota Solo tahun 2005 silam hingga menggodok isu perihal hubungan kental antara Pak Presiden dan PKI.

Terkesan berani dan terlalu tendesius, namun yang perlu diperhatikan bahwa konten dari buku tersebut cenderung tidak jelas metodologi keilmuan apa yang digunakan, serta analisa yang cenderung mengawang-ngawang yang rentan akan penafsiran pribadi Bambang.

Konon awal mula pembuatan buku ini oleh Bambang dimulai dari penemuan foto yang diduga mirip dengan Presiden Jokowi. Lalu dari sanalah Bambang membuat analisa secara gamblang mengkaitkan Ayah Presiden Jokowi dengan eksistensi PKI kala itu.

Terlepas apakah fakta mengenai foto tersebut benar adanya, namun yang pasti karya tersebut memang asli karya fotografer media asing saat meliput kegiatan kampanye salah seorang pimpinan PKI kala itu yakni DN Aidit.

Kini Penyidik Bareskrim Polri terus melakukan penyelidikan terkait karya Bambang Tri Mulyono si penulis buku Jokowi Undercover. Buku yang direncanakan untuk membuat istana kepresidenan bersih dari PKI malah justru telah menjadi bumerang bagi dirinya. Tak ayal buku yang ditulis sekaligus dicetaknya sendiri itu pun telah membuat Bambang harus rela menginap ditahanan Polda Metro Jaya.

Oleh karya opini tanpa fakta yang ia buat, kini Bambang disangkakan atas beberapa pelanggaran yakni Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik (ITE), Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, dan Pasal 207 KUHP tentang penghinaan terhadap Penguasa.

Pembelajaran berharga yang ditularkan oleh Bambang. Klaim sepihak tanpa disertai data yang akurat tentunya hanya akan menjadi opini yang difaktakan. Sudah seharusnya diera keterbukaan yang kini jalani saat ini, tidak serta merta membuat kita selaku masyarakat cerdas terbuka secara gamblang. Kaidah penulisan ilmiah yang meliputi data dan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan haruslah menjadi kunci utama.

Namun yang jelas, karya yang diciptakan haruslah tegas dan berani untuk dipertanggungjawabankan, meskipun kadang mempertanggungjawabkannya tak seindah menikmati mentari pagi yang bersinar dibalik awan biru. *

Penulis adalah Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia