Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ternyata, Atlet Olimpiade Juga Alami Sakit Jantung
Oleh : Redaksi
Sabtu | 21-01-2017 | 18:38 WIB
atlit-sepeda-BMX.gif Honda-Batam

Pebalap sepeda BMX Indonesia, Toni Syarifudin (kanan, helm merah), bersama dua pebalap dari negara lain, tengah menjajal trek supercross Deodoro Olympic Park, Rio de Janeiro, Brasil, Selasa (16/8/2016), sebagai persiapan lomba balap sepeda nomor BMX pada Olimpiade Rio.(Sumber foto: CDM INDONESIA)

BATAMTODAY.COM, Italia - Sebagai atlet, pekerjaan utama mereka adalah berlatih dan berkompetisi di bidang olahraga. Meski demikian, ternyata mereka juga tak luput dari gangguan jantung.

Latihan yang berat dianggap memicu kerusakan pada jantung atau pun disfungsi. Kondisi itu kerap tidak disadari para atlet.

Dalam sebuah penelitian selama 10 tahun, hampir empat persen atlet Olimpiade Italia mengalami gangguan jantung. Hal itu diketahui melalui pemeriksaan MRI dan CT scan, serta elektrokardiogram (ECG) untuk melihat kondisi jantung dengan lebih detil.

"Para atlet mungkin sehat, tetapi mereka juga tidak terhindarkan dari sejumlah risiko seperti sindrom kematian mendadak," kata Dr.Antonio Pelliccia, direktur sains dari Institute of Sport Medicine di Komite Nasional Olimpiade Italia.

Pelliccia dan timnya mengamati hasil pemindaian pada lebih dari 2.300 atlet selama periode Olimpiade Athena tahun 2004 dan Olimpiade Musim Dingin tahun 2014 di Rusia. Sebagai bagian dari proses penapisan sebelum bertanding, tim medis Italia melakukan evaluasi riwayat medis, uji fisik, ECG dan juga tes jantung.

Diketahui ada 92 atlet yang memiliki hasil abnormal, termasuk gangguan jantung karena keturunan, penyakit jantung koroner, hipertensi, serta gangguan irama jantung. Tim peneliti tidak melihat perbedaan berarti pada jenis olahraga yang dimainkan atlet tersebut.

Secara umum, 9 dari 92 atlet dengan gangguan jantung itu didiskualifikasi dari pertandingan dan 17 atlet hanya dilarang sementara sampai gangguannya diobati.

Bagi para atlet, ketidaknormalan pada fungsi jantung mereka tidak menunjukkan gejala berarti, bahkan tidak berpengaruh pada performa mereka.

Sejak tahun 2009, Italia memang menerapkan evaluasi kesehatan yang ketat bagi para atletnya, termasuk tes ECG. Hal itu salah satunya bertujuan untuk mencegah kematian mendadak.

Italia juga mendorong negara-negara lain melakukan hal serupa, namun kebanyakan masih belum mengetahui apakah manfaatnya sesuai dengan biaya yang harus dikeluarkan.

Sumber: Foxnews
Editor: Udin