Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Surat Terbuka untuk Bupati Bintan

Jangan Jadikan Kami Tamu di Rumah Sendiri
Oleh : Harjo
Senin | 19-12-2016 | 10:38 WIB
Surat-terbuka-tandingan1.jpg Honda-Batam

La Ode Abdul Mukmin, penulis surat terbuka untuk Bupati Bintan yang minta perekrutan honorer dilakukan secara transparan. (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Setelah munculnya surat terbuka yang ditulis oleh Uvita, yang mengaku salah satu tenaga honorer di lingkungan Pemkab Bintan, Kambali muncul surat terbuka tandingan yang dibuat oleh La Ode Mikminin, warga Bintan Timur.

Surat yang dibuat oleh Uvita atau Avita Lestari yang berjudul "Pak Bupati jangan usir kami dari Bintan" berisikan kegundahannya karena tidak lolos seleksi tenaga honorer atau pekerja kontrak di lingkungan Pemkab Bintan.

Sebaliknya surat terbuka yang ditulis oleh La Ode Abdul Mukmin, justru menyampaikan kalau selama ini keberadaan warga Bintan terkesan menjadi tamu di rumahnya sendiri. Surat terbuka tandingan tersebut berjudul "Kami yang terusir, kami ingin pulang ke rumah".

Surat terbuka yang ditulis pada 12 Desember 2016 tersebut, berisi perasaan yang amat tersentuh atas seleksi honorer di Bintan yang dilakukan secara terbuka. Selama beberapa tahun terakhir ini, seleksi honorer dilaksanakan secara tertutup.

Dengan dilakukan secara terbuka, seluas-luasnya berpeluang untuk mengikutinya. Tentunya dengan harapan yang besar dapat diterima bekerja.

"Dahulu rekrutmen honorer tidak dibuka seperti ini. Sehingga timbul pertanyaan saya, mengapa rekrutmen dilakukan tertutup? Ada apa?," ujar La Ode Mikminin.

"Rekutmen dilakukan tertutup bagaimana metode seleksinya? Apa yang menjadi alat ukur seseorang layak untuk diterima bekerja pada saat itu? Apa ada aturan yang dapat melakukan rekrutmen secara tertutup (tidak transparan)?. Inilah pertanyaan, bertahun-tahun yang tidak ditemukan jawabannya hingga saat ini," tambahnya.

La Ode Abdul Mukmin menggambarkan Bintan adalah rumahnya sendiri, dengan perabotan yang layak digunakan. Kemudian, ketika malam hari ada maling berniat jahat menyusup masuk ke rumah. Mereka mencuri perobotan rumah atau maling itu telah masuk dan sedang mengambil barang-barang. Apa yang akan saya lakukan ketika ada kejadian seperti itu?

"Pemilik rumah tidak akan berunding dengan maling yang menjarah rumahnya, mungkin itulah jawaban paling tepat ketika kejadian tersebut dialami. Atau ada pepatah mengatakan “Jadilah Tuan di Negeri Sendiri," imbuhnya.

"Saya telah menyadari, orang lain menikmati bumi Bintan ini, orang luar Bintan menari- nari diatas penderitaan kami selama ini, Apakah mereka merasakan apa yang kami rasakan???? Jawabannya pasti tidak!!!!". Saya suka dengan perubahan, saya ingin merubah rumah sendiri mengatur tata letak sebaik mungkin, saya ingin perubahan dengan kembalinya saya datang dan masuk kerumah ini," harapnya.

Lebih jauh penulis meminta masyarakat untuk sadar bahwa sudah punya kemampuan berdiri mandiri dan mengatur rumah tangga sendiri. Bukan penganut primordialis, tetapi ingin berbuat untuk negeri. Jangan orang luar mengatur negeri ini, sehingga menyesakkan hati. Terkoyaknya sanubari tiada henti-henti. Kita telah terusir dan ingin kembali.

Editor: Yudha