Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Lis Buka Acara Gerakan Anti Uang Lusuh dan Ayo Peduli Koin
Oleh : Roland Aritonang
Sabtu | 03-12-2016 | 15:26 WIB
uang-lusuh1.jpg Honda-Batam

Lis Darmansyah SH bersama Deputi Perwakilan Bank Indonesia, Rino Is Triyanto, dan pejabat lainnya saat membuka acara Gaul dan Apik di Lapangan Pamedan Tanjungpinang, Sabtu (3/12/2016).

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau mengadakan kegiatan Gerakan Anti Uang Lusuh (Gaul) dan Ayo Peduli Koin (Apik) di Lapangan Pamedan Tanjungpinang, Sabtu (3/12/2016).

Walikota Tanjungpinang H. Lis Darmansyah SH, dalam sambutannya saat membuka acara Gaul dan Apik, menyampaikan, terkait peredaran uang k‎ertas lusuh transaksi di atas Rp100 ribu jarang sehingga masyarakat sungkan untuk menukarkan uang lusuh itu ke bank-bank terdekat.

"Banyak teller bank yang merengut ketika masyarakat ingin menukarkan uang-uang koin ataupun uang-uang kertas yang lusuh dalam jumlah banyak, sehingga masyarakat sungkan untuk menukarnya," ‎katanya.

Lis menghimbau kepada instansi-instansi terkait untuk sinergi dalam menggalakkan program Gaul dan Apik, karena perdaran uang lusuh ini bisa menggerakan program ekonomi mikro, menengah, dan keatas. ‎Perputaran uang dan kepdulian dalam menggalakkan itu pasti masyarakat antusias sehingga tidak sungkan untuk menukar uang-unag itu.

"Untuk itu Bank Indonesia harus diharapkan harus dapat menyediakan kounter-kounter penukaran koin dan uang lusuh tersebut , supaya masyarakat tidak sungkan untuk menukar,"pungkasnya.

Deputi Perwakilan Bank Indonesia, Rino Is Triyanto, mengatakan, ‎tugas pokok Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran tunai adalah memenuhi kebutuhan uang rupiah di tengah masyarakat dalam jumah nominal yang cukup, jenis pecahan sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak edar.

"Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pengelolaan uang rupiah yang terdiri dari perencanaan, percetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan serta pemusnahan uang rupiah, perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat perihal perilaku dalam memperlakukan uang dan menggunakan uang yang ayak edar dalam bertransaksi," ujar Rino

Rino menerangkan, berdasarkan jenis pecahan, penarikan uang dari Bank Indonesia secara nasional tetap didominasi oleh uang pecahan besar yang merupakan uang kertas, yaitu pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu, dan merupakan kondisi normal dalam rangka mendukung kelancaran transaksi pembayaran tunai oleh masyrakat dan kemudahan masyarakat dalam memperoleh jenis pecahan itu dari Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

"Untuk uang kertas pecahan Rp 20 ribu, Rp 10 Ribu, Rp 5 ribu, dan Rp 2 ribu lebih banyak digunakan maysrakat sebagai pembayaran daru transaksi di Pasar-pasar tradisional, warung, ataupun pembayaran untuk pembelian barang yang bernilai kecil atau berfungsi sebagai uang pengembalian,"katanya.

Berdasarkan letak geografi Tanjungpinang yang berada di daerah Kepulauan Riau, di mana 96 persen adalah perairan, maka kelembaban udara akan semakin menyebabkan uang kertas cepat lusuh. Maka uang pecahan Rp20 ribu ke bawah lebih banyak terjadi pindah tangan maka relatif cepat lusuh.

Rino juga menjelaskan, dari aspek uang kertas jumlah penarikan uang oleh perbankan dan masyarkat posisi November 2016 tercatat sebesar Rp 8,868 triliun, sedangkan jumah penyetoran uang kertas ke KPW BI Kepri terscatat sebesar Rp3,587 triliun, sehingga terjadi net outflow sebesar Rp 5,011 triliun.

"Tetapi pada segi uang logam, meskipun memiliki pangsa yang lebih jauh lebih kecil, jumlah penarikan uang oleh perbankan dan masyrakat posisi november 2016 tercatat Rp18,269 milliar. Sebaliknya penyetoran uang logam ke KPW BI Kepri sangat keci sekali, sehingga dapat dikatakan hampir semua uang logam ditarik keuar dari KPW BI Kepri tidak kembali lagi namun tersimpan di masyarakat," ungkapnya. (*)

 

Editor: Dardani