Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Terlibat Kelompok Ekstremis, Pegawai Intelijen Jerman Ditahan
Oleh : Redaksi
Kamis | 01-12-2016 | 18:38 WIB
intel-jerman.gif Honda-Batam

Ilustrasi. (Thinkstock/nito100)

BATAMTODAY.COM, Jerman - Seorang pegawai lembaga intelijen Jerman (BfV) ditahan karena diduga terlibat dengan kelompok ekstremis Islam.

Juru bicara BfV mengatakan bahwa pria berusia 51 tahun itu kedapatan mendeklarasikan keterlibatan dirinya dengan kelompok ekstremis seraya membeberkan beberapa dokumen internal lembaga intelijen tersebut di internet.

Namun, pejabat BfV itu enggan memberikan klarifikasi dari pemberitaan harian lokal, Die Welt, yang menyebutkan bahwa pria tersebut berencana meledakkan bom di markas besar BfV di Cologne.

"Belum ada bukti konkret yang menunjukkan ancaman keamanan di BfV maupun karyawannya. Yang bersangkutan diduga telah membuat pernyataan menggunakan nama palsu dan membocorkan materi internal BfV di internet," kata pejabat BfV itu seperti dikutip Reuters, Rabu (30/11).

Juru bicara itu juga menyatakan bahwa tersangka tak pernah bersikap tidak wajar, apalagi menarik perhatian selama bekerja BfV. Pria itu juga dinilai tidak pernah menarik perhatian pengawas, bahkan sejak dalam masa pelatihan hingga bekerja sebagai pegawai di lembaga tersebut.

Sementara itu, majalah Der Spiegel melaporkan bahwa BfV telah mengawasi gerak-gerik pria ini sejak empat minggu lalu.

Pemerintah Jerman memang sedang terus menggenjot pengamanan terhadap berbagai potensi ancaman kelompok teroris dan militan yang dapat menyerang negara itu pasca terjadinya serangan teror pada Juli lalu. ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

BfV memperkirakan ada sekitar 40 ribu terduga teroris berada di Jerman, termasuk 9.200 anggota kelompok ultra-konservatif yang dikenal sebagai Salafi yang dipimpin oleh Hans-Georg Maassen.

Otoritas Jerman selama ini juga telah menangkap sejumlah simpatisan ISIS yang berada di negara itu dalam beberapa pekan terakhir, termasuk seorang pengungsi Suriah berusia 20 tahun yang mencoba melarikan diri ke Denmark dengan membawa bahan pembuat bom.

"Kami merasa masih menjadi target sasaran terorisme. Kami harus mengasumsikan bahwa ISIS dan kelompok teroris lain dapat menyerang Jerman kapan saja saat mereka bisa," katanya.

Sumber: Reuters
Editor: Udin