Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mengintip Produksi Batu Permata dan Madu Negeri Gajah Putih
Oleh : Harjo
Kamis | 17-11-2016 | 11:38 WIB
Madu-khas-thailand1.jpg Honda-Batam

Produksi Madu di Thailand. (Foto: Harjo)

BATAMTODAY.COM, Thailand - Negara Thailand yang identik dengan gajah putih memang salah satu negara yang tidak pernah di jajah oleh negara mana pun. Dalam melestarikan Sumber Daya Alam (SDA) hingga saat ini sangat mempertahankan seluruh sumber alam yang ada, bahkan tidak untuk diekspor walau pun di produksi secara besar- besaran.

 

Salah satu contoh seperti madu dan batu permata asal Thailand. Untuk madu asli atau khas Thailand selain negara ini terus melakukan pengembang produksi dan penangkaran serta di produksi besar-besan di Chang May Thailand. Namun produk khusus madu tidak pernah dilakukan ekspor, wisatawan hanya bisa membeli hanya sekedar untuk oleh-oleh.

Begitu juga dengan pola dan cara penambangan hingga memproduksi berbagai batu permata di negara ini. Saat crew BATAMTODAY.COM berkunjung ke salah satu pusat produksi dan penjualan berbagai jenis batu permata khas Thailand di wilayah Pattaya. Saat masuk gedung pihak pengelola dari awal sudah mengingatkan saat masuk dalam gedung dan diperbolehkan melihat cara menambang batu permata.

Pihak petugas yang ada di pusat batu permata tersebut, langsung mewanti-wanti, agar pengunjung tidak mengambil gambar atau photo apa pun, saat berada didalam sebuah gedung yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai pertambangan dilengkapi dengan visual guna menerangkan sejarah penambangan secara tradisional di dalam perut bumi.

Hingga cara mengolah serta memproduksi hingga menjadi batu permata yang harganya selangit. Di dalam gedung itu pula, menjadi tempat promosi dan pemasaran batu permata berbagai nama terkenal.

Artinya selain Thailand memiliki konsep yang sangat bagus dalam memberdayakan sumber alamnya, juga negara yang identik dengan gajah putih ini tidak menjual besar-besar bahan baku sebelum di produksi kepada pihak konsumennya, termasuk cara memproduksinya begitu di jaga kerahasiannya.

Sebuah catatan kecil crew BATAMTODAY.COM, selama tiga hari dipertengahan November 2016, saat berada di negara tersebut, dimana dari dua hasil alamnya, tentunya hanya sebuah gambaran kecil dari negara yang berada di Asia Tenggara yang terus dipertahankan dan pihak konsumennya hanya bisa menikmati serta memakainya. Tanpa mengetahui cara persis saat mengolah, memproduksi hingga sebuah prodak bisa di nikmati dan memakainya menjadi barang yang mewah.

Hal jelas berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Indonesia yang sangat luas serta kaya raya dengan kekayaan sumber daya alamnya. Dimana bukan rahasia umum, kalau hingga saat ini, sebagian besar hasil kekayaan alam kita diekspor secara besar-besaran masih berupa bahan baku atau masih mentah.

Artinya Indonesia saat ini, baru bisa menikmati namun belum bisa mengolah hasil kekayaan alamnya sendiri. Hal ini tentu tidak terlepas dari peran pemerintah, untuk meningkat sumber daya manusia. Sehingga hasil kekayaan alam Indonesia, tidak hanya sekedar di keruk selanjutnya di jual atau di eksport keluar negeri.

Karena sudah sepantasnya, Indonesia yang kaya dengan kekayaan alamnya, bisa mengolah dan menjadikannya sebuah prodak baru dieksport. Karena apa bila sudah menjadi sebuah prodak jelas akan lebih menguntungkan baik masyarakatnya serta negara.

Karena disaat sudah bisa mengolah atau memproduksi sebelum di jual ke luar negeri. Jelas dengan sendiri sudah menciptakan lapangan kerja bagi kalangan usia produktif. Bukan yang terjadi sebaliknya, justru terkesan bahan mentah milik kita dibawa keluar negeri untuk diolah oleh pihak luar, selanjutnya setelah menjadi sebuah prodak yang berharga. Pihak negara luar, kembali menjualnya ke masyarakat Indonesia.

Sudah saatnya pula, bangsa Indonesia bukan hanya di jadikan sebagai pangsa pasar bagi negara lain, karena jumlah penduduknya yang sangat besar. Tetapi selayaknya bangsa Indonesia bisa bangga dengan prodak dalam negeri, bukan seperti yang terjadi hingga ini, justru masyarakat kita membeli prodak luar negeri.

Editor: Yudha