Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ternyata Duterte Tetap Beli Senjata ke AS
Oleh : Redaksi
Senin | 14-11-2016 | 13:00 WIB
Duterte1.jpg Honda-Batam

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.

BATAMTODAY.COM, Batam - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menarik keputusannya untuk membatalkan pembelian senjata dari Amerika Serikat setelah Donald Trump dinyatakan memenangkan pemilihan umum presiden.

"(Presiden) memerintahkan saya untuk melanjutkan kesepakatan itu. Proses dokumennya berjalan lancar. Kami mendapatkan izin dari presiden untuk melanjutkannya," ujar Kepala Kepolisian Nasional Filipina (PNP), Dela Rosa, seperti dikutip Reuters.

Dela Rosa memang tidak menjabarkan lebih lanjut alasan Duterte menarik kembali keputusan pembatalan pembelian tersebut. Namun, ia mengatkan bahwa akan ada presiden baru di Washington dan "Dia dan Donald Trump adalah teman."

Sebelumnya, Duterte sempat memerintahkan kepolisian Filipina untuk membatalkan pembelian 26 ribu senapan dari AS karena terdengar selentingan bahwa Kementerian Luar Negeri AS akan menangguhkan penjualannya.

Rumor pembatalan itu mencuat setelah seorang ajudan di Dewan Perwakilan AS menginformasikan kepada Kemlu AS bahwa salah satu senator, Ben Cardin, menolak penjualan senjata itu.

Salah satu sumber mengatakan, politisi Partai Demokrat itu tidak setuju jika AS harus menyediakan bantuan senjata ke Manila karena adanya dugaan pelanggaran HAM yang semakin mengkhawatirkan di Filipina sejak Duterte mencanangkan kampanye pemberantasan narkoba.

Sejak kampanye itu digencarkan pada Juni lalu, dilaporkan setidaknya 3.000 pengedar dan pemakai narkoba tewas di tangan polisi tanpa proses hukum yang jelas.

Hubungan AS dan Filipina sebagai sekutu lama memang terus memburuk akibat dugaan pelanggaran HAM ini. Sejumlah pejabat AS, termasuk Presiden Barack Obama, kerap mengkritik kampanye tersebut.

Begitu panasnya hubungan kedua negara, Duterte bahkan sempat menyebut Presiden AS sebagai anak pelacur, satu komentar yang disebut-sebut membuat Obama membatalkan rencana pertemuan pertamanya dengan pemimpin baru Filipina itu di sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN.

Setelah itu, Duterte masih terus memantik perselisihan dengan menyebut bahwa bantuan dari AS sebenarnya sekadar basa-basi, tak seperti China. Dalam beberapa retorikanya, Duterte juga mulai menunjukkan kesan merapat ke China dan Rusia, rival AS di kawasan.

Saat memerintahkan pembatalan pembelian senapan dari AS, Duterte juga menyebut bahwa China dan Rusia sudah menawarkan senjata mereka.

Namun, sikap Duterte melunak setelah Trump memenangkan pemilu presiden AS pada pekan lalu. Ia bahkan berjanji akan menghentikan perselisihan dengan AS.

"Saya ingin mengucapkan selamat kepada Donald Trump. Kami kerap mengeluarkan sumpah serapah, bahkan untuk hal-hal sepele. Saya seharusnya berhenti karena Trump sudah di sana. Saya tidak mau berselisih lagi karena Trump sudah menang," kata Duterte.

Sejak tampil di hadapan publik dalam kampanyenya sebelum terpilih sebagai presiden, Duterte kerap disandingkan dengan Trump karena komentar-komentar kontroversialnya. Mereka juga sama-sama datang dari kalangan non-politik dalam bursa capres di negara masing-masing.

Nama mereka juga sama-sama melambung lantaran gagasan program-program kontroversial yang diklaim bertujuan untuk mengangkat kembali harkat masyarakat asli.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha