Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Trump Menang, California Ingin Merdeka!
Oleh : Redaksi
Jum'at | 11-11-2016 | 15:38 WIB
demotolaktrum.jpg Honda-Batam

Para pelajar SMA di California berdemonstrasi menentang terpilihnya Donald Trump menjadi presiden AS, di luar Balai Kota San Francisco (Kamis, 10/11/2016). (Foto: AP)

 

BATAMTODAY.COM, Washingtong DC - Investor Silicon Valley, Shervin Pishevar, orang Amerika keturunan Iran, mengatakan ia bersedia membiayai kampanye pemisahan diri California.

 

Penduduk Califonia pada hari Selasa (8/11) dengan jelas menyatakan tidak ingin melihat kandidat Partai Republik Donald Trump di Gedung Putih, dengan mayoritas dari mereka mendukung saingannya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Sekarang, karena kecewa atas kemenangan Trump, mereka mencari jalan keluar lain.

Sekelompok separatis memanfaatkan ketidakpuasan setelah pemilihan presiden dengan mendorong "Calexit", nama baru untuk prospek negara bagian itu memisahkan diri dari Amerika Serikat. Nama itu diambil dari "Brexit," keputusan bersejarah rakyat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.

Pembahasan mengenai ide itu meluas di Twitter hari Rabu (9/11), dengan ratusan cuitan bertagar #calexit berhamburan setiap menitnya sepanjang hari. Banyak di antaranya -- yang seringkali juga diimbuhi tagar #notmypresident, mengacu kepada Donald Trump -- mendukung gerakan itu.

"Saya tidak bisa mengidentifikasi diri saya dengan kefanatikan, seksisme, xenofobia," tulis seseorang di Twitter. "Saya bukan lagi orang Amerika, saya orang California."

Investor Silicon Valley, Shervin Pishevar, orang Amerika keturunan Iran, mengatakan ia bersedia membiayai kampanye pemisahan diri California. Ia mengatakan bangsa baru itu akan disebut New California.

California adalah negara bagian yang paling padat penduduknya di AS, mencakup 11,6 persen dari seluruh populasi Amerika, menurut data pertengahan tahun dari Badan Sensus AS. Jika menjadi negara tersendiri, California akan menjadi negara terbesar ke-35 di dunia, menurut data PBB. Negara bagian ini memiliki perekonomian terbesar ke-6 di dunia, menurut data PDB global 2015.

Namun, meskipun Konstitusi AS menetapkan bagaimana sebuah negara bagian diakui oleh Amerika Serikat, tidak ada penjelasan soal kebalikannya.

Sejumlah aksi protes senada juga digelar di beberapa kota lainnya seperti Minneapolis, New York, Washington, Washington DC, Texas, Chicago, Boston, Philadelphia dan sebagainya.

Media ternama AS, CNN, bahkan menyebut puluhan ribu warga turun ke jalanan di setidaknya 25 kota-kota AS sejak Rabu (9/11) hingga Kamis (10/11) malam waktu setempat. Mayoritas aksi protes berjalan damai, namun di beberapa kota diwarnai aksi kekerasan dan pembakaran hingga berujung penangkapan oleh otoritas setempat.

Sumber: VOA Indonesia
Editor: Dardani