Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kemlu Belum Tahu Kondisi Dua WNI yang Disandera di Sabah
Oleh : Redaksi
Jum'at | 11-11-2016 | 10:26 WIB
Ilustrasi-Penculikan1.jpg Honda-Batam

Ilustrasi Penculikan di Perairan Sabah.

BATAMTODAY.COM, Batam - Kementerian Luar Negeri RI hingga saat ini belum bisa mengetahui keadaan dua warga negara Indonesia yang diculik oleh kelompok bersenjata di Perairan Sabah, Malaysia sejak awal November lalu.

 

Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir menuturkan, sampai hari ini, pemerintah Indonesia belum bisa melacak keberadaan dua WNI yang diculik tersebut. Baik Indonesia, otoritas Malaysia, dan perusahaan kapal yang mempekerjaan kedua WNI itu belum bisa berkomunikasi dengan kelompok penculik bersenjata itu.

"Kami masih menunggu komunikasi perusahaan kapal dengan kelompok penculik. Sampai sore ini belum ada (komunikasi) jadi belum bisa mengetahui kondisi kedua WNI," ucap Arrmanatha, Kamis (10/11).

Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi telah bertandang ke Malaysia untuk bertemu Menlu Malaysia Dato Sri Anifah Aman untuk membicarakan insiden penculikan ini.

Dalam pertemuannya bersama Anifah, Retno mengungkapkan keprihatinan terkait keamanan perairan Malaysia. Retno meminta Malaysia untuk lebih menigkatkan keamanan di perairannya terkait pembajakan yang dapat mengancam sekitar 6.000 WNI yang bekerja di kapal dan beroperasi di perairan itu.

"Masalahnya, penculikan WNI di wilayah perairan Malaysia ini merupakan yang ketiga kalinya," ucap Arrmanatha.

Dalam kunjungannya ke Sabah, ungkap Arrmanatha, Retno juga sempat bertemu dengan para WNI yang bekerja sebagai awak buah kapal Malaysia di perairan itu.

Kepada para WNI tersebut, Retno menyatakan masalah keamanan abk WNI menjadi fokus utama pemerintah sehingga Indonesia, Malaysia, serta Filipina sepakat untuk mempercepat dan memperkuat mekanisme pengamanan perairan bersama.

Menurut Arrmanatha, Indonesia dan Malaysia akan mengupayakan beberapa pendekatan baru untuk mencengah penculikan serupa berulang, yakni dengan mewajibkan perusahaan pemilik kapal melengkapi kapal mereka dengan peralatan Automatic Identification System (AIS) guna meningkatkan pengamanan berlayar bagi para ABK.

Indonesia dan Malaysia juga terus melakukan sosialisasi langkah pengamanan pelayaran kepada pemilik kapal dan ABK. Kedua negara juga berupaya membentuk mekanisme tanggap darurat yang lebih baik lagi serta pembuatan safety point di sejumlah pulau kecil di sekitar perairan Sabah.

"Kesepakatan itu dirundingkan Menteri Retno dan Menteri Besar Sabah Dato Musa Aman yang didampingi Komandan Eastern Sabah Security Command (ESSCOM), Mayjen Wan Abdul Bari. Dan kami upayakan itu," tutur Arrmanatha.

La Utu bin La Raali dan La Hadi bin La Adi diculik kelompok bersenjata pada Sabtu (5/11) saat sedang menangkap ikan di perairan Negeri Sabah. Kedua WNI itu merupakan nakhoda kapal ikan Malaysia SSK 00520 F dan SN 1154/4F. Kedua WNI itu berasal dari Buton, Sulawesi Tenggara.

Saat sedang menangkap ikan, kedua korban didekati speedboat berwarna abu-abu dengan penumpang sekitar lima orang yang membawa senjata laras panjang. Para pelaku juga merampok kapal yang ditumpangi keduanya.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha