Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pencalonan Trump Tegaskan Partai Republik Anti-Islam
Oleh : Redaksi
Sabtu | 05-11-2016 | 15:50 WIB
trumpantiislam.jpg Honda-Batam

Donald Trump mewarisi sikap Partai Republik yang anti-Islam. (Foto: Reuters/Jonathan Ernst)

 

BATAMTODAY.COM, New York - Kehadiran Donald Trump sebagai calon presiden Amerika Serikat kian menegaskan sikap anti-Muslim yang selama ini dipegang oleh Partai Republik. Trump tidak hanya mewarisi sikap kebencian terhadap Islam oleh politisi Republik, tapi telah membuat sentimen buruk ini seakan hal biasa di masyarakat Amerika.

 

Menurut Robert S McCaw, direktur hubungan pemerintah di lembaga advokasi Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR) yang ditemui CNNIndonesia.com di Washington DC, Jumat (4/10/2016), Trump melanjutkan sikap anti-Islam yang telah dipegang Partai Republik sejak 16 tahun lalu.

"Trump menegaskan sikap anti-Islam Republik yang telah berlangsung selama 16 tahun terakhir, dia melipatgandakannya dan mewujudkannya menjadi aksi di jalanan," kata McCaw.

McCaw mengatakan Republik memiliki rekam jejak panjang dalam menjegal laju Islam. Di Kongres, kata dia, partai Republik mengadang umat Islam dengan mencegah peraturan-peraturan yang dinilai mengandung Syariat Islam. Selain itu, mereka juga memperketat pemeriksaan bagi warga-warga Muslim dari beberapa negara.

"Walau lahir di AS, namun tinggal di Suriah, Irak atau Sudan, mereka tidak bisa lagi datang ke Amerika sebelum menjalani pemeriksaan yang berbeda," lanjut dia.

Di AS juga ada 20 gubernur negara bagian yang tidak menginginkan pendatang dari Suriah, walau orang tersebut telah tinggal di negara itu. Padahal menurut McCaw, setelah memiliki visa tidak ada aturan yang melarang seseorang memasuki negara bagian tertentu di AS.

"Ada 10 pemerintah negara bagian yang melarang penegakan hukum asing, terutama hukum Syariah, salah satunya adalah Oklahoma," tutur McCaw.

Para politisi Republik juga gencar melarang pendirian masjid. Sikap ini diambil setelah pembangunan tempat ibadah umat Islam menjamur di AS. Menurut data CAIR dari 2001 sampai 2011 ada sekitar 1.000 masjid baru berdiri di Negeri Paman Sam, seiring bertambahnya jumlah pemeluk agama Islam.

“Kalau pun sudah berdiri, politisi Republik akan melarang perluasan bangunan masjid dan merenovasinya," ujar dia.

Trump berulangkali dalam pidato kampanyenya mengatakan bahwa AS harus melarang masuk pendatang dari negara Islam. Sikap anti Islam Trump menjadi cambuk bagi para pendukungnya untuk melakukan kekerasan terhadap Muslim.

Corey Saylor, direktur departemen pengawasan dan perlawanan Islamofobia CAIR, mengatakan November dan Desember tahun lalu adalah waktu dengan jumlah kasus Islamofobia terbanyak di AS sejak serangan teroris 9/11. Saat itu Trump mulai gencar melancarkan retorika anti-Islam, terutama setelah penembakan di San Bernardino oleh simpatisan ISIS yang menewaskan 16 orang.

"November dan Desember tahun lalu lebih buruk dibanding setelah 9/11, ada peningkatan sikap anti-Muslim. Tercatat ada 34 serangan terhadap masjid, padahal biasanya hanya 1-2 kasus, ini lonjakan drastis," tutur Corey.

Menjadi capres, kata Corey, Trump semakin membuat Islamofobia memburuk. Bahkan Trump telah menjadikannya sebagai bagian dari sistem pemerintahannya nanti.

"Soal pelarangan Muslim masuk Amerika, itu tidak spontan keluar dari mulut Trump, tapi telah didiskusikan lebih dulu, dan diumumkan tepat pada Pearl Harbor Day, hari saat Jepang menyerang, itu telah direncanakan."

"Karena Trump, sekarang serangan terhadap Muslim seakan menjadi hal biasa," kata Corey.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Dardani