Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Serangan Perompak Laut Turun Drastis di Perairan Indonesia
Oleh : Redaksi
Selasa | 01-11-2016 | 08:38 WIB
selatmalakabybbc.jpg Honda-Batam

Selama ini Selat Malaka merupakan salah satu perairan yang rawan dengan bajak laut. (Foto: AFP/Roslam Rahman)

 

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Biro Maritim Internasional, IMB, mengatakan serangan bajak laut atas kapal-kapal di dunia berada pada tingkat terendah dalam 20 tahun terakhir.

 

Laporan terbaru IMB yang diumumkan Senin (31/10) itu mengatakan sepanjang Juli hingga September, di seluruh dunia tercatat 42 serangan, yang merupakan penurunan 25% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

IMB juga menyebut serangan di perairan Indonesia menurun drastis dalam periode Januari hingga September 2016, menjadi 33 dari 86 serangan sepanjang sembilan bulan pada 2015.

Penurunan perompakan di perairan Indonesia juga terjadi pada tahun 2015 dibanding tahun 2014. "Patroli oleh Indonesia tampaknya berhasil," tulis laporan tersebut.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut, Kolonel Gig Jonias Mozes Sipasulta, mengatakan penurunan itu utamanya karena penanganan perompakan di laut yang intensif lewat Western Fleet Quick Response (WFQR), atau satuan tanggap cepat yang dibuat oleh Armada Barat.

Walau tidak sampai naik ke kapal pun, mereka akan respons bahwa itu merupakan sesuatu kegiatan yang diperkirakan terjadi perompakan."

"Kebetulan konsentrasi selama ini kan di Selat Malaka banyak sekali terjadi perompakan," jelas Kolonel Sipasulta kepada wartawan BBC Indonesia, Liston P Siregar.

Dalam upaya menangani perompakan, maka setiap Pangkalan Angkatan Laut di wilayah Armada Barat memiliki WFQR untuk menanggapi setiap laporan.

"WFQR terdiri dari dari kapal-kapal cepat yang disiapkan untuk operasi di sekitar. Di mana kalau ada laporan di satu areal, contohnya Batam, itu sudah tahu siapa yang harus berbuat, siapa yang bereaksi."

Bagaimanapun Indonesia masih berada paling tinggi dari jumlah insiden, yaitu 33 serangan, disusul dengan Nigeria sebanyak 31 serangan.

Angka tersebut menurut Kolonel Sipasulta tak berarti bahwa memang terjadi 33 perompakan di perairan Indonesia karena ada kemungkinan sistem pendataan yang mencatat setiap laporan yang masuk.

"Kita tidak bisa samakan dengan seperti yang terjadi di Somalia, Yang terjadi di Malaka, mau didekati sama kapal saja, itu mereka sudah laporan. Maksud saya bukan mau meniadakan persoalannya. Mungkin saja 30-an itu betul semua. Tapi laporan ke IMB itu semuanya mereka sambut," jelas Kolonel Sipasulta.

Kerja sama internasional dianggap ikut berperan dalam menurunkan serangan bajak laut. "Walau tidak sampai naik ke kapal pun, mereka akan respons bahwa itu merupakan sesuatu kegiatan yang diperkirakan terjadi perompakan."

Dan Kolonel Sipasulta kembali menegaskan bahwa laporan IMB yang menyatakan penurunan serangan di Indonesia jelas merupakan bukti dari kerja WFQR selama ini.

IMB juga menyatakan penculikan masih terjadi di lepas pantai Afrika Barat dan Asia Timur, sementara Nigeria belakangan ini menghadapi peningkatan dalam perompakan dengan kekerasan maupun perampokan bersenjata.

Selaian upaya di tingkat nasional, tambah IMB, kerja sama internasional dan upaya dari industri perkapalan ikut menyumbang dalam penurunan serangan bajak laut di seluruh dunia.

"Dengan hanya 42 serangan dalam kuartal ini, bajak laut mencapai yang terendah sejak tahun 1996," tulis IMB dalam laporannya.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani