Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cegah Penyelundupan, Pemerintah Bangun Lumbung Pangan di Perbatasan
Oleh : Redaksi
Minggu | 30-10-2016 | 11:00 WIB
lumbungpangan.jpg Honda-Batam

Ilustrasi lumbung pangan

BATAMTODAY.COM, Boyolali - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian akan membangun sejumlah lumbung pangan di wilayah perbatasan antar-negara seperti Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki berbatasan dengan beberapa negara antara lain Malaysia dan Singapura. Lumbung pangan didirikan untuk meminimalisasikan dan mencegah penyelundupan pangan ilegal dari luar negeri.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, pembangunan lumbung pangan efektif bersamaan dengan upaya memperkuat keamanan di wilayah perbatasan. "Jadi menutup penyelundupan lewat sawah dan lumbung pangan," ujar Amran, kemarin.

Pembangunan lumbung pangan, lanjut Amran, bertujuan agar wilayah perbatasan bisa mulai memproduksi hasil pertaniannya sendiri. Sejumlah hasil pertanian nantinya digalakkan produktivitasnya yakni padi, jagung, cabai merah, kedelai hingga bawang merah.

Sejauh ini, Kementan telah membangun lumbung pangan di lima titik, di antaranya Entikong, Merauke, dan Nusa Tenggara Timur. Nantinya lumbung pangan dibangun di 44 titik wilayah perbatasan.

"Kita nanti pasti bisa menangkan persaingan karena dari wilayah perbatasan. Sebab, dilempar keluar dengan cepat itu sudah bisa dinamakan ekspor," imbuhnya.

Untuk jangka panjang, lanjut dia, Kementan akan mulai mengarahkan produk pangan di wilayah perbatasan untuk pangan oganik. Pangan itu dinilai aman dan lebih menyehatkan. Sementara dari sisi harga, pertanian organik dihargai tinggi di pasar internasional.

"Harga pangan organik bisa 10 kali lipat. Tahun ini beras pertanian organik naik 67 persen. Kita sudah ekspor ke Belgia dan Amerika, kita dorong karena itu peluang ekspor," tambahnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga ikut menyerukan agar wilayahnya ke depan mulai menggunakan pertanian organik. Hal tersebut dinilai penting karena bisa memberikan asupan nutrisi yang lebih baik.

"Krisis 1998 ternyata menurunkan nutrisi anak-anak. Maka, seluruh program daerah harus dikaitkan dengan nutrisi," kata Ganjar.

Editor: Surya