Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bayang-bayang China dalam Mimpi Indonesia Jadi Poros Maritim Dunia
Oleh : Redaksi
Sabtu | 22-10-2016 | 14:38 WIB
Nelayan-China.gif Honda-Batam

Ilustrasi kapal nelayan China (Dok. Dinas Penerangan Angkatan Laut)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) Laksamana Muda TNI Aan Kurnia duduk di hadapan para wartawan. Mimiknya berubah berat ketika sebuah pertanyaan terakhir tertuju padanya.

“Mengapa kapal-kapal selalu tertangkap di Natuna? Di perairan lain kan banyak, Pak. Di Merauke, di Kalimantan,” tanya seorang wartawati asal Sulawesi saat konferensi pers di Markas Koarmabar, Jakarta Pusat.

Aan terusik. Pasalnya, Koarmabar hanya bertugas di wilayah laut Indonesia bagian barat, dari Sabang hingga Cirebon, termasuk di Natuna. Namun perwira bintang dua ini tetap menanggapi pertanyaan.

“Kenapa di Natuna terus, karena di Natuna itu paling banyak ikannya,” kata Aan. Kapal penangkap ikan tentu memilih laut yang banyak ikan.

Pagi itu, Senin pukul tujuh. Aan mengumpulkan wartawan untuk merilis penangkapan kapal nelayan berbendera asing. Sehari sebelumnya, Minggu (16/10), kapal berbendera Singapura ditangkap saat membawa 400 ton minyak tanpa memiliki dokumen.

“Belum lama juga kami menangkap kapal ikan asing Vietnam di perairan Natuna. Di perairan Pontianak kami tangkap kapal Malaysia tanpa dilengkapi dokumen yang sah,” terang Aan.

Selama periode September hingga 16 Oktober, Koarmabar telah memeriksa lebih dari 150 kapal karena diduga melakukan aktivitas ilegal. Sebanyak 21 kapal di antaranya diserahkan ke pihak kejaksaan untuk menjalani proses hukum.

Aan mengatakan kegiatan ilegal selalu ada di perairan Indonesia, meskipun pelanggaran yang sifatnya besar lintas negara diklaim telah menurun.

“Setiap hari masih ada orang yang mencoba-coba. Tetap ada pencuri. Kebutuhan mereka (mengisi) perut, makan. Seketat apapun (keamanan), kecenderungan (pencurian) itu tetap ada,” kata Aan.

Laut Natuna yang dipersengketakan China seringkali disambangi kapal-kapal asing. Tak terkecuali kapal nelayan berbendera China. Bahkan mereka sempat dikawal kapal penjaga atau coast guard asal negaranya saat mencuri ikan.

Asisten Operasi Pangarmabar, Kolonel Laut I Gusti Kompiang Aribawa menyebut pencurian ikan hanya dijadikan alasan oleh China untuk mengklaim wilayah kedaulatan negara lain.

“Dia ingin menunjukkan bahwa dia eksis, caranya dengan memperbanyak kehadiran kapal mereka di sana,” kata Kompiang.

Wilayah perairan Natuna memang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan. Negeri Tirai Bambu mengklaimnya sebagai zona perikanan tradisional mereka. Sejumlah negara Asia Tenggara juga bersengketa di zona itu.

Expand