Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Trump Tuding Obama dan Clinton Dalang Kerusuhan di Kampanyenya
Oleh : Redaksi
Jum'at | 21-10-2016 | 14:14 WIB
trump-tuding-clinton.gif Honda-Batam

Clinton dituding membayar para perusuh sebesar US$1.500, atau sekitar Rp19,5 juta, untuk memicu perkelahian antara demonstran dan para pendukung Trump. (Reuters/Rick Wilking)

BATAMTODAY.COM, Washington DC - Donald Trump menuding Hillary Clinton dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama membayar sejumlah orang untuk memicu kerusuhan dalam kampanyenya di Chicago. Menurutnya, Clinton membayar para perusuh sebesar US$1.500, atau sekitar Rp19,5 juta, untuk memicu perkelahian antara demonstran dan para pendukung Trump.

Tudingan itu dilontarkan Trump di tengah debat final calon presiden Amerika Serikat yang digelar di Las Vegas pada Rabu (19/10/2016). Moderator debat saat itu menanyakan Trump soal tuduhan pelecehan seksual terhadapnya yang diajukan oleh sembilan wanita pada pekan ini.

Trump menyangkal tuduhan itu dan menyebut para wanita itu berbohong. Trump kemudian memberikan keterangan yang melebar, menyinggung soal kerusuhan yang terjadi menjelang kampanyenya di Chicago pada 12 Maret lalu, yang terpaksa ditunda karena alasan keamanan.

"Pertama, cerita itu bohong. Saya tidak kenal mereka, semuanya. Tapi saya punya firasat mengapa mereka melakukannya, itu semua ulah [tim] kampanyenya [Clinton]," ucap Trump menanggapi pertanyaan moderator Chris Wallace dari Fox News.

"Sama halnya ketika kita lihat kembali apa yang terjadi pada kampanye saya di Chicago dan kampanye lainnya yang diwarnai kerusuhan. Dia dan Obama yang menyebabkan kerusuhan itu, merekrut sejumlah orang, dengan bayaran US$1.500. Mereka [perusuh] mengaku diminta menyebabkan kekerasan, perkelahian dan hal buruk lainnya," ujar Trump, dikutip dari The Washington Post.

Kerusuhan terjadi di University of Illinois di Chicago (UIC), ketika ribuan orang memadati kampus yang akan menjadi ajang kampanye Trump. Massa terbagi antara demonstran anti-Trump dan para pendukung taipan real-estate itu. Aksi saling dorong dan serang membuat puluhan orang terluka dalam insiden itu.

Dalam debat, Trump kemudian melanjutkan bantahannya soal tudingan pelecehan seksual. Trump menyebut bahwa sembilan wanita yang mengaku dicelehkan olehnya hanyalah mencari ketenaran semata, atau dibayar oleh Clinton.

"Saya yakin, Chris, dia [Clinton] menyuruh para wanita itu. Ataupun jika tidak, mereka ingin tenar, meski hanya dalam 10 menit. Namun, semua itu cerita bohong, cerita palsu," ujar Trump, kepada moderator.

"Dan saya bahkan tak meminta maaf kepada istri saya, yang saat ini hadir di sini, karena saya tak melakukan apa-apa. Saya tak kenal dan tak pernah bertemu dengan para wanita itu," tutur Trump menegaskan.

Tudingan pelecehan seksual menjadi salah satu topik yang diangkat dalam debat final ini. Selain ditujukan kepada Trump, moderator juga menanyakan pendapat Clinton soal tuduhan pelecehan seksual terhadap Bill Clinton, dan rumor bahwa Clinton membela suaminya itu.

Namun, Clinton tidak menjawab pertanyaan itu secara gamblang dan sebaliknya, terus menekan Trump atas isu pelecehan seksual.

Clinton mengungkapkan, Trump pernah mengatakan bahwa wanita yang mengaku pernah dilecehkannya sangat buruk rupa sehingga dia tidak mungkin melakukan itu.

"Di berbagai kampanyenya, dia [Trump] menyatakan tak mungkin berbuat [pelecehan] itu kepada para wanita itu, karena mereka tidak cukup menarik untuknya," tutur Clinton.

Debat yang berlangsung selama 90 menit itu berakhir tanpa jabat tangan kedua capres, tidak seperti dua debat sebelumnya. Debat ketiga capres AS ini merupakan debat terakhir sebelum pilpres pada 8 November mendatang. Clinton, dalam berbagai survei, diprediksi menang dari Trump pada pemilu nanti.

Sumber: The Washington Post
Editor: Udin