Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Para Biksu Perempuan Nepal Jago Kungfu
Oleh : Redaksi
Kamis | 13-10-2016 | 16:02 WIB
kungfu_nepal1byprakashmathema.jpg Honda-Batam

Yang Mulia Gyalwang Drukpa mendorong biksuninya untuk belajar kungfu. (Foto: PRAKASH MATHEMA)

BATAMTODAY.COM, Kathmandu - Dengan mengenakan kasaya atau jubah biksu warna merah tua yang sudah dimodifikasi untuk seragam kungfu, para biksu perempuan ini berlatih dengan disiplin.

 

Jarum jam belum menunjukkan pukul 05.00 tapi para biksuni di biara Druk Gawa Khilwa sudah berlatih kungfu. Mereka adalah para biksuni yang jago kungfu dan di sini adalah satu-satunya biara perempuan di Nepal yang memberikan pelatihan seni bela diri yang diperkenalkan oleh Bruce Lee tersebut.

Biasanya biksuni banyak yang mengedepankan sistem patrilineal di mana perempuan dipandang ‘lebih rendah’ daripada laki-laki. Biksu biasanya menduduki semua jabatan kepemimpinan sehingga biksuni hanya memegang urusan dapur, kebersihan biara dan tugas-tugas membosankan lainnya.

Tapi pada 2008, Yang Mulia Gyalwang Drukpa sebagai pemimpin biara dan mazhab Drukpa -salah satu mazhab agama Buddha yang berusia 1000-an tahun- mengubah sistem patrilineal tersebut.

Pada waktu berkunjung di Vietnam, dia melihat banyak biksuni mendapatkan pelatihan bela diri. Setelah kunjungannya, dia memutuskan untuk membawa pulang ide tersebut ke Nepal dengan mendorong biksuninya untuk belajar seni bela diri.

Tujuan utamanya adalah untuk mempromosikan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan yang kebanyakan berasal dari latar belakang keluarga tidak mampu di India dan Tibet.

Setiap hari 350 biksuni berusia antara 10 hingga 25 tahun berlatih selama tiga sesi pelatihan bela diri yang intens. Mereka (juga) berlatih bela diri yang diajarkan oleh guru mereka dari Vietnam yang datang dua kali setahun.

Selain menyempurnakan postur, mereka juga memegang senjata-senjata tradisional seperti ki am (pedang), dao kecil (sejenis mandau), dao besar (sejenis tombak), tong (lembing), dan nunchaku (rantai yang terdapat batang logam di kedua ujungnya).
Menelusuri dunia Peru yang hilang

Mereka yang berkekuatan fisik dan mental luar biasa, diajarkan teknik memecahkan batu bata yang hanya dipertunjukkan pada acara-acara khusus seperti ulang tahun pemimpin biara.

Para biksuni, yang kebanyakan bersabuk hitam, setuju bahwa kungfu membantu mereka merasa aman, membangun rasa percaya diri, membuat mereka kuat dan sehat. Tapi ada manfaat lainnya yaitu membantu mereka berkonsentrasi sehingga mereka dapat duduk dan bermeditasi lebih lama.

Jigme Konchok, biksuni yang berumur sekitar 20-an tahun sudah berlatih kungfu lebih dari lima tahun. Dia menjelaskan prosesnya, “Saya perlu senantiasa fokus terhadap gerakan-gerakannya, harus tahu apakah gerakannya benar atau salah, dan membetulkannya saat itu juga. Saya harus memperhatikan urutan gerakan yang sudah saya hafalkan dan bergerak sekaligus. Kalau pikiran ke mana-mana, maka gerakannya salah atau senjata yang dipegang jatuh. Ini sama halnya dengan meditasi.”

Demi kesetaraan gender, Gyalwang Drukpa juga mendorong biksuninya untuk belajar keterampilan yang biasanya dipegang oleh kaum laki-laki, seperti pekerjaan tukang ledeng, tukang listrik, mengetik, bersepeda, dan belajar bahasa Inggris. Di bawah asuhannya, mereka diajarkan untuk memimpin sembahyang dan diberi keterampilan bisnis dasar, hal-hal yang biasanya dipegang oleh para biksu.

Selain itu, biksuni juga menjalankan tempat penginapan milik kuil dan kedai kopi. Perempuan-perempuan itu bahkan mengemudikan kendaraan four wheel drive dari gunung Druk Amitabha ke Kathmandu, sekitar 30 km untuk mengambil bahan-bahan persediaan. Dengan penuh percaya diri, mereka mulai menggunakan keterampilan dan tenaga mereka dalam komunitas.


Saat Nepal diguncang gempa bumi besar pada April 2015, para biksuni menolak untuk pindah ke kawasan yang lebih aman, tapi mereka bertolak ke desa-desa terdekat untuk membantu membersihkan puing-puing dan jalanan-jalanan. Mereka mendistribusikan makanan kepada para korban bencana dan membantu mendirikan tenda-tenda darurat.

Awal tahun ini para biksuni yang dipimpin oleh Gyalwang Drukpa bersepeda sejauh 2.200 km dari Kathmandu ke Delhi untuk menyebarkan pesan kesadaran lingkungan dan mendorong orang-orang untuk bersepeda daripada berkendara mobil.

Juga, saat mengunjungi daerah yang dirundung kekerasan, seperti Kashmir, mereka memberikan ceramah tentang indahnya perbedaan dan pentingnya toleransi.

Namun, yang terpenting adalah mempromosikan pemberdayaan perempuan. “Kungfu membantu kami membangun rasa percaya diri, untuk dapat menjaga diri sendiri dan orang lain pada saat diperlukan,” ujar Konchok.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani