Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Keikhlasan Seorang Ismeth Abdullah, Gubernur Kepri yang Terlupakan
Oleh : Charles Sitompul
Jum'at | 30-09-2016 | 08:00 WIB
ismeth.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ismeth Abdullah, saat masih menjabat sebagai Gubernur Kepri. (Foto: Batamtoday.com) 

MASIH ingatkah masyarakat Kepri ini dengan gubernur pertamanya, Ismeth Abdullah? Entahlah! Meski sejumlah pembangunan di Kepri tak bisa dipisahkan dengan kiprahnya. Apa kata Ismeth Abdullah tentang jasa-jasanya yang terlupakan itu? Berikut perbincangan wartawan BATAMTODAY.COM Charles Sitompul dengan Ismeth Abdullah, Sabtu, 24 September 2016 lalu.

Diantara karya Ismeth Abdullah saat menjabat sebagai Gubernur Kepri pertama itu adalah, membangun Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang. Tak hanya membangun secara fisiknya saja, tapi juga memperjuangkanya hingga universitas kebanggaan masyarakat Kepri itu menjadi perguruan tinggi negeri. Sayang, setelah universitas ini telah tampil menjadi perguruan negeri terkemuka di Kepri, nama Ismeth pun mulai luntur dan "dilupakan".

UMRAH melaksanakan Dies Natalis ke-8, apakah Bapak tidak diundang?

Bapak tidak tidak tau tuh. Berita gembira itu justru Bapak dengar sekarang dari Anda. Kehadiran bapak di Tanjungpinang ini untuk menghadiri resepsi pernikahan anak Bapak Nahar (Ketua Bappeda Kepri) dengan Ibu Reni (Plt. Sekda Kepri).

Apakah ada “sesuatu” sehingga Bapak tidak mendapat undangan pada acara dies natalis itu?

Anda perlu ingat, apa yang kita bangun belum tentu kita yang menikmatinya. Itulah yang terjadi hari ini. Bapak dulu yang membangun UMRAH, tapi kini bapak tidak melihat hasilnya. Apa yang terjadi pada diri bapak, juga akan terjadi pada orang lain, termasuk diri anda. Percayalah, semuanya sudah ada yang ngatur. Anda tak perlu kecewa mengapa saya tidak diundang, saya enjoy ja kok.

Namun di dalam lubuk hati yang paling dalam apakah Bapak ingin menghadiri acara penting tersebut?

Jelas dong! Dalam beberapa moment penting di UMRAH Bapak sebenarnya ingin datang. Tapi pihak UMRAH mungkin punya pertimbangan lain, mengapa mereka tidak mengundang Bapak. Waktu peresmian UMRAH sebagai perguruan tinggi negeri pada 26 Desember 2011, Bapak juga tidak diundang. Anehnya Ibu (Aida Ismeth, red) malah yang dapat undangan. Ibu diundang dalam kapasitasnya sebagai anggota DPD RI utusan Provinsi Kepri. Bapak dengan ibu sempat berdebat soal undangan itu. Akhirnya bapak mengalah dan ibu menghadiri acara tersebut tanpa Bapak.

Berita yang beredar Bapak juga sempat ditelepon Menteri Pendidikan dan Kebudayaan soal itu?

Betul. Bapak diberitahu oleh Prof. Dr. Muhammad Nuh (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, red) yang meresmikan penegerian UMRAH. Pak Nuh bilang, “Pak Ismeth, Bapak yang mendirikan UMRAH ngapaian tidak datang?” Waktu itu saya hanya menjawab, walaupun saya tidak diundang namun dari jauh saya mendoakan semoga acaranya itu sukses. Tolong sampaikan salam saya untuk Bapak Gubernur (waktu itu Muhamad Sani) dan Rektor UMRAH (waktu itu Prof. Dr. Maswardi Amin, M.Pd).”

Waktu itu bagaimana reaksi Pak Menteri?

Silahkan Anda terjemahkan sendiri. Tak mungkin saya sampaikan di sini nanti ada pula yang tersinggung. Cukup Anda ketahui saja, tapi bukan untuk ditulis ya. Tolong anda catat, menurut kita baik, belum tentu baik menurut orang, begitu juga sebaliknya. Kita kembalikan saja kepada yang di atas. Yang penting ikhlas.

Mungkin pihak UMRAH sudah melupakan Bapak?

Silahkan Anda tafsirkan sendiri. Sebaiknya Anda tanyakan soal itu kepada Rektor UMRAH. Bapak sadar, dulu Bapak memang Gubernur di sini, sekarang Bapak mantan gubernur. Sekarang bapak tidak ada apa-apanya.

Ke depan, apa harapan Bapak dengan UMRAH?

Ingat sejarah! Pada acara penting di UMRAH seperti Dies Natalis ini, tolonglah tokoh-tokoh pendiri UMRAH ini dikabarai atau diundang. Soal mereka datang atau tidak, itu soal belakangan. Jangan seperti sekarang ini, kabar berita pun tak ada. Petinggi di UMRAH harus ingat semboyan Bung Karno dengan Jas Merahnya - Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah.

Bisa Bapak ceritakan sedikit kilas balik sejarah pendirian UMRAH?

Dulu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan minta penggabungan tiga perguruan tinggi di Kepri, merger jadi satu, jadi UMRAH sebagaimana yang terjadi di daerah lain. Ketiga perguruan tinggi tersebut adalah Poltekes Tanjungpinang, Politeknik Batam, dan STISIPOL Tanjungpinang. Bapak langsung menghubungi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, maunya kita tidak perlu seperti itu. Pendirian UMRAH tidak perlu mengorbankan yang lain. Sekarang anda bisa lihat sendiri ketiga perguruan tinggi yang dulu mau digabung dengan UMRAH sekarang sudah berkembang pesat. Politeknik Batam sudah berstatus negeri, begitu pula dengan Poltekes Tanjungpinang. STISIPOL sendiri sekarang terus berkembang.

Jika ada Dies Natalis seperti yang dilaksanakan UMRAH saat ini, apakah ketiga perguruan tinggi tersebut mengundang Bapak?

Itulah yang membuat hati saya tersentuh. Jauh hari sebelum acara dies natalis tersebut, mereka sudah mengabari Bapak apakah bisa datang atau tidak. Pak Zamzami (Ketua STISIPOL Tanjungpinang) selalu mengabari dan mengundang Bapak setiap ada acara dise natalis di STISIPOL. Terkadang karena kesibukan, Bapak tidak bisa datang. Begitu pula dengan Poltek Batam.

Berarti bapak menyesal tidak diundang oleh pihak UMRAH?

Bapak ikhlas...

Editor: Dardani