Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Demokrat Minta Ruhut Tak Jadi Kader Durhaka
Oleh : Irawan
Minggu | 25-09-2016 | 13:30 WIB
ruhut_sitompul.jpg Honda-Batam

Ruhut Sitompul, politisi Partai Demokrat yang duduk sebagai Anggota Komisi III DPR ini dianggap mbalelo oleh rekan separtainya

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Sikap kader Partai Demokrat seperti Ruhut Sitompul yang menentang keputusan partainya mengusung Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta dengan alasan yang bersangkutan bukan kader, justru membuka mata masyarakat untuk bisa menilai karakternya (Ruhut Sitompul) seperti apa.

Pendapat ini disampaikan rekan separtai Ruhut, yakni Ketua Departemen Penegakan Hukum, Perundangan dan HAM DPP Partai Demokrat Didik Mukrianto kepada wartawan di Jakarta, Minggu (25/9) menanggapi sikap kontroversial Ruhut Sitompul itu.

Didik mengatakan, di dalam ruang demokrasi yang terbuka dan tidak ada ruang gelap untuk berpura-pura, sikap Ruhut yang menentang keputusan partai ini justru menonjolkan sikap aslinya.

"Politisi bagaimanapun punya fatsun dan tanggungjawab yang diemban, juga memberikan pendidikan politik dimana kader harus berjalan sesuai garis partai. Jelas sikap Ruhut tidak seperti ini," ujarnya.

Menurut Didik, tidak ada alasan apapun bagi kader untuk tidak memenuhi keputusan partai. Oleh karena itu jika Ruhut memang memiliki pandangan dan sikap yang berbeda dengan keputusan partai, maka Partai Demokrat tidak melarang Ruhut untuk mencari jalan hidupnya sendiri sesuai dengan keyakinannya tanpa harus menunggu keputusan partai terhadap dirinya.

"Partai politik itu ibarat rumah besar demokrasi yang punya platform, garis perjuangan dan lain sebagainya. Kalau memang mengaku kader, maka dia (Ruhut) harus mematuhi keputusan partai.

"Tapi jika keputusan partai tidak sesuai sesuai dengan dirinya, maka tidak ada jalan lain selain mengambil sikap kesatria untuk mencari jalannya sendiri," katanya seraya menegaskan bahwa bagi Partai Demokrat sendiri, sikap Ruhut itu hanyalah dinamika kecil yang tidak berarti apa-apa.

Masyarakat jelasnya tentu bisa melihat bahwa ketika dilahirkan dan dibesarkan dan mendapatkan segala fasilitas, maka tentunya tidak boleh durhaka pada pihak yang membesarkan itu.

"Saya juga diajari untuk tidak mengotori periuk nasi saya sendiri. Makanya ketika Ruhut mendapatkan penghasilan dan berbagai fasilitas karena dia menjadi kader parpol, maka harus bisa menjaga sikap dengan baik," ujar Didik.

Didik juga merasa kasihan dengan sikap dan pilihan Ruhut karena justru sikapnya yang terus seperti ini akan memiliki efek politik yang akan berbalik secara negatif kepadanya. Bagaimanapun tidak ada satupun partai politik peserta Pilkada yang mengusung kadernya sendiri sebagai calon gubernur karena memang jika partai tidak memiliki kader yang bisa memenangkan pilkada maka lebih baik mengambil sosok diluar partai yang dirasa memiliki kemampuan memimpin maupun memenangkan pilkada.

"Memangnya Ahok yang didukung Ruhut itu kader partai? Partai apa? Kami sendiri yakin bahwa pasangan yang kami usung adalah yang paling fenomenal di publik Jakarta karena saat ini publik menjadi punya harapan kepada pemimpin yang bukan hanya bisa membangun Jakarta tapi juga memiliki kesantunan dan etika. Sosok Agus akan dinilai masyarakat sebagai orang yang memiliki latar belakang, pendidikan dan kemampuan dan dukungan dalam memimpin Jakarta," tandasnya.

Editor: Surya