Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Iwan Fals, Musisi Revolusioner
Oleh : Dodo/Inilah.com
Senin | 19-09-2011 | 15:47 WIB
Iwan_Fals.jpg Honda-Batam

Iwan Fals.

JAKARTA, batamtoday - Perkembangan politik dalam sebuah negeri tentu saja ikut mempengaruhi perkembangan sebuah scene dan iklim bermusik para musisi di negeri tersebut.

Sebut saja musisi Tanah Air yang "vokal" menyuarakan kegelisahan hati masyarakat dan keadaan sosial politik Tanah Air di masanya seperti Iwan Fals.

Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri.

Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya.

Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan.

Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas.

Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia juga tidak tertarik memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.

Pada April 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama dua minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru.

Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror. Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi sangat berharga.

Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal.

Perjalanan karier Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi.

Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.

Tidak seluruh album yang dikeluarkan Iwan Fals berisi lagu baru. Pada tahun-tahun terakhir, Iwan Fals sering mengeluarkan rilis ulang lagu-lagu lamanya, baik dengan aransemen asli maupun dengan aransemen ulang.

Pada tahun-tahun terakhir ini pula Iwan Fals lebih banyak memilih berkolaborasi dengan musisi muda berbakat.

Banyak lagu Iwan Fals yang tidak dijual secara bebas. Lagu-lagu itu menjadi koleksi ekslusif para penggemarnya dan kebanyakan direkam secara live.

Beberapa lagu Iwan Fals yang tidak dikomersialkan seperti lagu Pulanglah yang didedikasikan khusus untuk almarhum Munir ternyata sangat digemari yang akhirnya direkam ulang dan dimasukkan ke dalam "50:50" yang beredar pada 2007.