Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Korut Dihantam Banjir, Bencana Kemanusiaan Mengintai
Oleh : Redaksi
Selasa | 13-09-2016 | 15:50 WIB
banjir_korea_utarabyafp.jpg Honda-Batam

Di beberapa desa dekat kota Hoeryong, "nyaris tak ada bangunan yang tak rusak." (Foto: AFP)

BATAMTODAY.COM, Pyongyang - Puluhan ribu orang di Korea Utara mengungsi akibat banjir, dan negeri yang baru melakukan uji coba bom nuklir itu menghadapi ancaman bencana kemanusiaan, kata berbagai badan bantuan.

 

PBB dan Palang Merah Internasional mengatakan pemerintah Korea Utara melaporkan tewasnya 133 orang, dan 400 orang lainnya masih hilang, sementara rumah-rumah dan tanaman pangan hancur.

Korea Utara sudah menderita kekurangan pangan yang parah dan sangat tergantung pada bantuan asing untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya.

Pemerintah Korea Utara melaporkan tewasnya 133 orang, dan 400 orang lainnya masih hilang, sementara rumah-rumah dan tanaman pangan hancur.

PBB telah mengalokasikan dana $8juta (Rp100 miliar) tahun ini untuk bantuan kemanusiaan bagi negara yang dikucilkan masyarakat dunia itu.

Banjir yang dipicu oleh Topan Lionrock baru-baru ini, terjadi saat Korea Utara menghadapi kemarahan global sesudah melakukan uji coba nuklir mereka yang kelima.

Ledakan Jumat pekan lalu diyakini sebagai ujicoba nuklir Korut yang terbesar selama ini, dan PBB sedang menyusun sanksi-sanksi baru, sementara Korea Selatan mengancam untuk membumihanguskan Pyongyang.

Banjir terburuk terjadi sepanjang sungai Tumen, yang berbatasan dengan Cina Selatan. Banyak desa di Musan dan Yonsa terputus aksesnya sama sekali ke dunia luar, kata PBB.

Chris Staines, yang memimpin delegasi Palang Merah di Korea Utara, mengatakan, kawasan itu menghadapi "suatu bencana yang sangat besar dan pelik."

"Banjir datang dengan kekuatan begitu rupa, menghancurkan segala sesuatu yang dilintasinya," katanya seperti dikutip AFP.
Di beberapa desa dekat kota Hoeryong, "nyaris tak ada bangunan yang tak rusak."

"Korban banjir di pengungsian, sekarang ini dalam situasi yang sangat sulit dan menghadapi risiko nyata diserang bencana sekunder, terutama yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat," tambahnya.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan setidaknya 140.000 orang "membutuhkan bantuan segera."

Murat Sahin, seorang pejabat PBB di Korea Utara, mengatakan skala bencana itu "melampaui apa pun yang dialami oleh para pejabat setempat."

Media pemerintah Korea Utara mengatakan rakyat mengalami "penderitaan berat" di wilayah tersebut.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani