Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Presiden Filipina Duterte Sebut Obama Anak Pelacur
Oleh : Redaksi
Selasa | 06-09-2016 | 09:02 WIB
obama_dutertebyafpgetty.jpg Honda-Batam

Presiden Obama dan Presiden Duterte terlibat perang statemen panas terkait HAM. (Foto: Getty)

 

BATAMTODAY.COM, Manila - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan Barack Obama "anak pelacur" dan memperingatkan pemimpin Amerika Serikat itu agar tidak mengangkat masalah hak asasi manusia.

 

Duterte ditanyakan seorang wartawan terkait bagaimana reaksinya jika Presiden Obama menanyakan upaya perang perdagangan obat gelap yang dilakukan pemerintah Filipina.

Ratusan orang terbunuh karena operasi antinarkotika sejak Duterte memenangkan pemilihan umum, meskipun dunia internasional sudah menyatakan kecaman. "Kampanye melawan narkotika akan terus berlanjut," tegasnya.

Dia juga menambahkan tidak memperdulikan pendapat dari orang yang mengamati tindakannya dengan menambahkan tidak menerima perintah dari Amerika Serikat, yang pernah menjajah Filipina.

Duterte dan Obama awalnya dijadwalkan bertemu pada Selasa 6 September di Laos, di sela-sela pertemuan puncak ASEAN.

"Anda harus menghormati. Jangan hanya melempar pertanyaaan dan pernyataan. Anak pelacur, saya akan mengutukmu di forum tersebut," katanya merujuk Presiden Obama kepada para wartawan dalam konferensi pers menjelang keberangkatannya ke Laos.

Pada masa kampanye, Duterte memang berjanji untuk mengambil tindakan keras atas peredaran narkotika dan setelah terpilih sebagai presiden, Bulan Mei, berlangsung sejumlah pembunuhan -oleh aparat keamanan maupun kelompok sipil bersenjata- terkait dengan perdagangan narkotika di Filipina.

Kepolisian Filipina pada pekan ketiga Agustus mengatakan sekitar 1.900 orang terbunuh dalam operasi penggerebekan narkotika di negara itu.

PBB berulangkali mengecam kebijakan tersebut dan menyatakannya sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Gereja Katolik Roma, yang merupakan agama mayoritas di Filipina, juga mengecam Duterte.

Tetapi dia mengatakan tidak mengacuhkan pandangan orang-orang yang mengamati aksinya, dan menambahkan menolak diperintah AS, negara yang sebelumnya menjajah Filipina.

"Banyak yang akan mati, banyak yang akan terbunuh sampai penjual obat bius yang terakhir ke luar dari jalanan."

"Sampai pembuat narkotika terakhir, kami akan meneruskannya dan saya tidka perduli dengan orang yang mengamati perilaku saya," tambahnya.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani