Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Aturan Berlalu Lintas Jangan Berdasarkan Kelas Masyarakat
Oleh : Redaksi
Rabu | 24-08-2016 | 13:38 WIB
seminar-lalu-lintas.gif Honda-Batam

Seminar Pendidikan HUT Lalu Lintas ke-61 bertajuk "Keselamatan Berlalu Lintas di Kurikulum Pemerintah", Jakarta, Rabu (24/8/2016) (Sumber foto: Kompas.com)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pakar pendidikan, Arief Rachman, menilai tertib lalu lintas terletak pada etika masyarakat. Etika inilah yang penting agar aturan dan disiplin di jalan bisa ditegakkan. 

Meski dalam keadaan terdesak, kata dia, pengguna jalan hal itu harus tetap mengedepankan aturan dan etika.

"Tertib lalu lintas adalah etika, biar dia kepepet, dilematis, perasaan itu harus ditekan. Kecuali dalam keadaan tertentu. Misalnya masuk jalur busway karena ada orang sakit di mobil. Kecuali dalam keadaan tertentu, misalnya masuk jalur Transjakarta karena ada orang sakit di mobil," kata Arief dalam seminar pendidikan HUT ke-61 Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (24/8/2016).

Arief menuturkan etika berlalu lintas harus menciptakan keadilan bagi masyarakat. Ia menilai seharusnya aturan lalu lintas tidak diimplementasikan berdasarkan kelas jabatan atau ekonomi masyarakat.

"Murid saya yang jadi menteri bisa masuk jalur busway. Sedangkan saya yang mau ketemu dia kena macet. Enak betul ya jadi menteri," ucap Guru Besar Universitas Negeri Jakarta itu.

Arief menuturkan, Indonesia jangan tawar menawar dalam menegakkan disiplin, terutama dalam disiplin lalu lintas.

Menurut Arief, etika dalam berlalu lintas dapat diajarkan sejak dalam ruang kelas di sekolah. Diantaranya dengan managemen sekolah yang efektif.

"Kalau datang terlambat apa hukumannya. Pendekatannya jangan selalu struktural seperti pembuatan fasikitas. Tapi lebih kepada kultural yang kedepankan sikap dan etika," ujar Arief.

Sumber: Kompas.com
Editor: Udin