Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Film Mimpi Anak Pulau Gani Lasya

Aku Harus Sekolah, Meski Tanpa Alas Kaki
Oleh : Roni Ginting
Rabu | 24-08-2016 | 08:00 WIB
adeganmimpianakpulau.jpg Honda-Batam

Inilah salah satu adegan Jani dalam Film "Mimpi Anak Pulau" yang sedang tayang di Studio XXI di seluruh Indonesia. (Foto: Roni Ginting)

KEMISKINAN dan keterbatasan tidak menghambatnya untuk tetap berjuang. Dengan kerja keras, belajar tekun dan memiliki mimpi besar, mengantarkan Gani Lasya, seorang anak pulau di Batu Besar menggapai cita-cita. Kini, kisahnya diangkat ke layar lebar dan ditayangkan di studio XXI seluruh Indonesia. Bagaimana kisahnya? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Roni Yudha Ginting.

Penuh semangat, Jani, bocah dan ayahnya Lasya, membawa hasil kebun cempedak dan getah menggunakan sampan yang akan dijual ke pasar.

Di sela-sela sekolah, ia selalu membantu orang tuanya menyadap karet, mengambil cempedak dan mencari ikan di laut. Hasil kelapa pun dijual ayahnya ke negara Singapura.

Keluarga Lasya adalah penganut agama Islam yang taat. Ayahnya selalu membimbing Jani agar tidak pernah melupakan sholat lima waktu.

"Sholat yang kuat, agar seluruh penghuni hutan dan jin di sana dengar," pesan Ayahnya kepada Jani.

Di sekolah, Jani dikenal oleh kawan-kawan sekelasnya sebagai anak pintar tapi sering ngantuk, bahkan ketiduran di kelas. Ia sering ditegur gurunya karena ketiduran. Tapi waktu disuruh mengerjakan soal, dia mampu menjawab.

Ia sempat minder dengan teman-teman sekolahnya karena harus telanjang kaki, hanya dia seorang yang tak pakai sepatu ke sekolah.

"Jangan lama-lama beli sepatu. Jani malu," katanya penuh harap kepada ibunya. Hal itu tak menyurutkan niatnya untuk terus menimba ilmu.

Saat masih kecil, ia harus ditinggalkan ayahnya yang wafat karena sakit. Keluarga terpukul, Jani harus menggantikan posisi ayahnya sebagai tulang punggung keluarga.

Bahkan, ia harus merelakan adik kesayangannya Doli, diasuh kakeknya, karena himpitan ekonomi. Ia berubah jadi tulang punggung keluarga dan kerja banting tulang, mulai dari berjualan nenas di sekolah meskipun sempat dilarang ibunya. Tapi, tetap saja semangatnya begitu kuat tanpa ada rasa malu sedikitpun.

"Kita berjualan bukan mencuri, kenapa harus malu. Jualan dengan tulus, pasti hati tenang," kata Jani.

Jani juga harus bekerja sebagai kuli di dapur arang milik Ahai selama dua Minggu, biar bisa membeli pakaian Hari Raya. Saking taatnya dengan agama, di tengah lelah bekerja memotong kayu untuk arang, ia tetap berpuasa.

Setelah menyelesaikan sekolah dasar, ia bertekad melanjutkan pendidikan. Dengan panuh semangat Jani berangkat ke Tanjungpinang mengayuh sampan sampai berhari-hari lamanya. Ia berhasil lulus test dengan nilai tertinggi di PGA Tanjungpinang.

Pihak sekolah PGA saat itu mengganti namanya dari Jani Lasya menjadi Gani Lasya. Ia juga diberikan sepatu baru untuk sekolah yang selama ini diidam-idamkan.

"Aku berhasil, aku akan sekolah yang tinggi," sorak Gani.

"Mimpi Anak Pulau" itu telah mengantarkan Gani Lasya menjadi orang sukses. Sukses dalam pendidikan, karir dan kehidupan sosial. Dengan tekad dan semangat tinggi, karirnya pun melejet hingga mencapai posisi deputi di Badan Pengusahaan (BP) Batam.

Raih cita-citamu, raih mimpi-mimpi besarmu dengan tekad dan semangat.

Editor: Dardani