Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Alasan di Balik Pembuatan Film Kisah Wiji Thukul
Oleh : Redaksi
Sabtu | 16-07-2016 | 15:24 WIB
wiji-thukul.jpg Honda-Batam

 

BATAMTODAY.COM - Film tentang kisah perjuangan Wiji Thukul yang di Indonesia berjudul Istirahatlah Kata-Kata akan segera melaksanakan pemutaran perdananya di Locarno International Film Festival Ke-69. Film arahan Yosep Anggi Noen ini berfokus pada masa pelarian Wiji Thukul dimulai sejak peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 dan di luar negeri akan diberi judul Solo, Solitude. Gunawan Maryanto penyair asal Yogyakarta berperan sebagai Wiji.

Istirahatlah Kata-Kata adalah produksi kolaborasi Yayasan Muara, KawanKawan Film, Partisipasi Indonesia, dan LimaEnam Films. Terlibat di dalamnya Marissa Anita, Melanie Subono, Eduwart Boang, Arswendy Nasution, dan Davy Yunan.

Produser film tersebut, Yulia Evina Bhara memaparkan kepada Rolling Stone mengenai alasan dibalik pembuatan film dan kenapa film ini didekasikan untuk generasi muda.

Mengapa membuat film tentang Wiji Thukul?

Wiji adalah sosok orang biasa yang luar biasa tindakannya. Wiji jujur sekali membuat protes keras pada ketimpangan dan ketidakadilan yang terjadi karena penguasa yang otoriter.

Ada banyak orang berkontribusi pada terbukanya keran demokrasi di Indonesia. Salah satunya adalah Wiji Thukul. Mencatat tentang sejarah kita.

Mengapa mengangkat masa pelarian 1996, setelah kerusuhan 27 Juli?

Kami menyusuri kehidupan Wiji Thukul masa demi masa. Kami menemukan ternyata saat Wiji Thukul dalam pelarian dan pertama kali dalam hidupnya dijadikan tersangka adalah saat di mana kita bisa mendapati Wiji Thukul dalam sosok yang lengkap. Sebagai seorang pejuang Thukul adalah manusia biasa yang penuh dengan kemanusiaan. Tahun itu adalah fase titik balik hidup Thukul yang memilih untuk terus memperjuangkan keyakinannya dan percaya pada kekuatan kata-kata, puisi-puisi yang kritis.

Mengapa mendedikasikan film Istirahatlah Kata-Kata untuk generasi muda Indonesia?

Agar kita terus belajar dari sejarah kita. Generasi kita patut tahu, bahwa buku sejarah yang ada belumlah lengkap. Kita berkewajiban menuliskannya dan terus mengingatnya. Puisi-puisi Wiji Thukul adalah penanda jaman yang sangat nyata. Membaca puisi-puisi Wiji Thukul adalah membaca catatan harian tentang rumah sederhana, nasi, roti yang tak terbeli dan cerita-cerita tetangga. Wiji menunjukkan bahwa puisi mampu disusun dari keseharian, bukan saja bunga-bunga kata. Wiji menyajikannya dalam puisi yang lugas sekaligus lugu sehingga sangat efektif mencatat jaman dan mengoreksi kekuasaan pada masa itu.

Apakah film ini bisa tayang di Indonesia, khususnya mengingat akhir-akhir ini banyak pembubaran pemutaran film?

Segera kami akan membawa pulang film Istirahatlah Kata-Kata untuk bisa ditayangkan di Indonesia. Kami yakin ruang demokrasi yang telah berhasil kita buka pada tahun 1998 tidak akan kita relakan untuk tertutup dengan tidak memperbolehkan film sebagai kreatifitas kesenian dan kebebasan ekspresi dilakukan. Lagipula, tak ada yang perlu dikhawatirkan tentang isi film ini. Kami membuatnya untuk memperkaya industri film Indonesia.

Apa hal yang diharapkan dengan lahirnya film ini?

Istirahatlah Kata-Kata adalah salah satu upaya kita untuk terus mengingat bahwa kebebasan yang kita hirup hari ini adaah hasil perjuangan banyak orang. Wiji Thukul telah mencatatkannya dalam sajak-sajaknya. Film ini adalah tentang Memanusiakan Manusia. Harapannya film ini bisa bertemu dengan sebanyak-banyaknya penonton Indonesia.

Sumber: Rolling Stone
Editor: Dodo