Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sensasi Daun Kopi dan Yogurt Susu Kerbau ala Minang
Oleh : Redaksi
Selasa | 12-07-2016 | 09:14 WIB
kopikawa_limabybbc.jpg Honda-Batam

Tempat minum kawa daun dan ampiang dadiah yang didesain menyerupai dangau menjadi daya tarik tersendiri. (Foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, Payakumbuh - Rendang atau sate padang mungkin adalah dua dari banyak kuliner asal ranah Minang yang dikenal luas di Indonesia. Namun, ternyata tidak sedikit makanan dan minuman asal Sumatera Barat yang jarang diketahui dan dicicipi, bahkan oleh masyarakat Minang sendiri. Di antaranya adalah kawa daun dan ampiang dadiah.

 

Malam itu saya dibawa seorang teman di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat ke sebuah kafe bernama Dangau Kawa Daun.

Sesuai namanya, kafe itu terdiri dari dangau-dangau atau gubuk bambu yang biasa ada di tengah sawah, sebuah pemandangan yang berbeda di Payakumbuh. Pasalnya, di kota yang terletak 120km di barat daya Kota Padang itu, sedang menjamur restoran dengan desain interior modern yang menyajikan menu makanan internasional, misalnya kebab.

Namun, keistimewaan utama Dangau Kawa Daun, sebenarnya terletak pada minuman yang disajikan, yaitu kawa daun.

Kawa, berasal dari bahasa Arab qahwah, yang berarti kopi. Kawa daun adalah minuman yang dibuat dari seduhan daun kopi.
Kuliner Minang merantau ke Beijing

Berdasarkan cerita turun-temurun masyarakat Minang, minuman ini telah ada sejak Abad ke-19. Saat itu Belanda menerapkan tanam paksa kopi di Sumatera Barat. Biji kopi yang ditanam rakyat, harus diserahkan kepada Belanda, untuk dikirim ke Eropa. Masyarakat yang rindu rasa kopi, kemudian menyeduh daunnya, seperti menyeduh daun teh.

Di Payakumbuh, Roni Yefrison atau yang akrab dipanggil Da Ong, adalah sosok di balik populernya kembali kawa daun.
"Jujur, awalnya cuma iseng," kata Da Ong, ketika saya tanya alasan dia membuka Dangau Kawa Daun, yang berdiri sejak 2010 itu.

Da Ong bercerita, dia pertama kali mencicipi kawa daun di warung kecil pinggir jalan pada tahun 2000-an, saat bekerja di sebuah perusahaan swasta lokal di Kota Batusangkar, 40km di barat daya Payakumbuh.

"Itu setelah sekian lama (saya tidak meminum kawa daun). Saya cicipi, ternyata unik, dengan standar penyajian mereka yang menggunakan batok kelapa.

"Saya lebih suka melakukan sesuatu yang orang lain belum lakukan. Kebetulan kafe yang menjual kawa belum ada di Payakumbuh. Saya kemudian resign (mengundurkan diri) dari perusahaan. Dan dengan modal Rp15 juta, membuat tempat minum ini," tutur Da Ong.

Ketika Da Ong masih bercerita, kawa daun yang saya pesan, tiba. Seperti yang diceritakan si pemilik, minuman itu disajikan dalam batok kelapa. Warnanya cokelat, mirip teh. Asap mengepul menyebar aroma yang samar-samar seperti kopi.

Expand