Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ini Penyebab WNI Jadi Langganan Penculikan
Oleh : Redaksi
Selasa | 12-07-2016 | 10:26 WIB
wnibyepa.jpg Honda-Batam

WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf mendarat di Jakarta pada awal Mei 2016 lalu. (Foto: EPA)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Dua pejabat pemerintah Indonesia membantah bahwa seringnya warga negara Indonesia menjadi korban penyanderaan dari kelompok yang diduga Abu Sayyaf disebabkan oleh anggapan bahwa pemerintah akan membayar tebusan terhadap nyawa para sandera tersebut.

 

Bantahan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo seusai rapat koordinasi di kantor Kementerian Koordinator Politik Hukum dan HAM pada Senin (11/7/2016).

Bantahan dikeluarkan beberapa hari setelah tiga WNI disandera di perairan Malaysia dan pelakunya disebut sebagai kelompok Abu Sayyaf.

Untuk keempat kalinya dalam tiga bulan terakhir, WNI menjadi korban penyanderaan yang diduga dari kelompok Abu Sayyaf yang beroperasi di perairan Sabah, Malaysia dan di Filipina Selatan.

Penyandera kemudian dilaporkan membawa tiga ABK yang bekerja di sebuah kapal ikan berbendera Malaysia ke arah perairan Tawi-Tawi di Filipina Selatan.

Namun sebelum penyanderaan, menurut Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, pelaku sempat memastikan bahwa para ABK yang mereka sandera berpaspor Indonesia.

"Ada empat (ABK) orang Indonesia, yang ada paspornya tiga, yang satu disembunyikan paspornya. Yang tiga (ABK lainnya berkewarganegaraan) Malaysia," kata Gatot.

ABK asal Indonesia yang menyembunyikan paspornya beserta tiga ABK Malaysia dilepas oleh para penyandera.
Selain tiga ABK kapal ikan yang diculik pada Sabtu (09/07) malam, masih ada tujuh WNI anak buah kapal TB Charles yang disandera kelompok Abu Sayyaf sejak akhir Juni.

Expand