Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Filipina Kecam Pembunuhan Warga Kanada oleh Abu Sayyaf
Oleh : Redaksi
Rabu | 15-06-2016 | 09:38 WIB
john_ridsdelbyafp.jpg Honda-Batam

John Ridsdel, 68 tahun, adalah seorang mantan eksekutif pertambangan. (Foto: AFP)

BATAMTODAY.COM, Manila - Presiden Filipina mengutuk "pembunuhan brutal dan tak berperikemanusiaan" terhadap seorang pria Kanada oleh kelompok militan Abu Sayyaf.

 

Robert Hall diculik oleh kelompok tersebut pada September 2015 bersama dengan tiga orang lainnya yang berasal dari Kanada, Filipina, dan Norwegia.

Rekannya yang juga orang Kanada, John Ridsdel, dibunuh oleh kelompok ini pada bulan April setelah pembayaran uang tebusan senilai jutaan dolar melewati batas waktu.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau sebelumnya mengatakan dirinya yakin "mungkin" Hall sudah meninggal.

Terbunuhnya Hall dikuatkan oleh pernyataan yang dikeluarkan oleh Presiden Filipina Benigno Aquino pada Selasa (14/6/2016).
"Kejahatan keji terbaru ini telah memperkuat tekad pemerintah kita untuk mengakhiri cengkeraman teror dan bandit," katanya.
Hall, bersama rekannya yang berkewarganegaraan Filipina Marites Flor, Kjartan Sekkingstad dari Norwegia dan John Ridsdel yang juga asal Kanada, diculik dari sebuah pelabuan dekat kota Davao pada bulan September.

Mereka dibawa ke markas Abu Sayyaf di pulau terpencil sebelah selatan Jolo. Ridsdel kemudian dipenggal pada tanggal 25 April.

Bulan lalu, sebuah video yang menunjukkan tiga sandera muncul, mereka memohon agar pemerintah memenuhi tuntutan para penculik atau mereka juga akan dieksekusi.

Pemerintah Filipina dan Kanada menolak untuk membayar uang tebusan para sandera dan Filipina sendiri telah melancarkan operasi militer terhadap kelompok militan tersebut.

Trudeau mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Kanada "tidak akan takut terhadap taktik mereka dan sikap tercela terhadap penderitaan orang lain".

Abu Sayyaf masih menahan beberapa tawanan, termasuk ilmuwan peneliti burung-burung Belanda yang diculik pada tahun 2012. (Sumber: BBC Indonesia)

Editor: Dardani