Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Golden Prawn 933 Batam

Seafood Restoran Bintang Lima yang Mendunia
Oleh : Sumantri/Dodo
Sabtu | 27-08-2011 | 20:02 WIB
golden_prawn_933.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Golden Prawn 933 Batam

BATAM, batamtoday - Lampu-lampu telah menyala di kawasan Bengkong, sudut utara Pulau Batam. Di salah satu tepian pulau yang berlumpur, orang-orang berkumpul dan duduk di atas ribuan kursi plastik yang ditata rapi. Angin laut bertiup bebas melintas ke bagian dalam restoran terbuka itu. Para tamu dari berbagai kalangan dan negara asal sedang menikmati legenda seafood paling kesohor di Batam, dan barangkali juga di pesisir timur Sumatera. Inilah Restoran Golden Prawn, dan yang lebih suka disebut sebagai “bintang lima” untuk kelas makanan laut.

"Golden Prawn punya satu aturan dasar yang sangat ketat, bahwa seluruh makanan laut harus dimasak dalam keadaan hidup. Untuk kepentingan itu, sistem pengadaan bahan baku di restoran ini menjadi poin paling penting dalam operasionalnya sehari-hari. Di bagian pintu masuk yang luas, tersedia etalase hidup dengan beragam pilihan hewan laut seperti ikan-ikanan, kepiting, kerang-kerangan, berbagai jenis udang, dan lain-lain. Semuanya hidup!," ungkap Paulus Kodrat, Director Of Sales Golden Beach complex Batam, kepada batamtoday, Sabtu, 27 Agustus 2011.

Sebelum masuk dan memilih tempat yang enak, pengunjung lebih dulu memilih sendiri makanan yang disukainya, ditimbang, lalu menunggu para koki memasak dan menghidangkannya di atas meja. Tentu Anda dapat membayangkan bagaimana penampilan lobster merah yang mengepul, kerapu, kerang-kerangan, dan ikan-ikan lain yang baru saja Anda pilih dalam keadaan hidup. Ini bukan lagi tentang rasa lapar, tapi tentang nafsu yang meluap dan nyaris meledak!

Pamor Golden Prawn sudah mencuat sejak usaha cuisine yang sangat tematik ini dirintis oleh pemiliknya dari sebuah warung kecil di Pelabuhan Telaga Punggur. Saat itu, pengunjung sudah terlalu sesak, sehingga dibutuhkan satu tempat yang lebih luas lagi. Apalagi, status sewa tanah mereka kepada pihak Otorita Batam hanya berlaku untuk setiap dua tahun.

“Antara tahun 1993 dan 1994, pihak Otorita Batam menawarkan kami untuk pindah dan mencari lokasi lain yang lebih luas. Akhirnya kami menemukan tempat ini. Dulunya, kawasan ini hanyalah lautan lumpur sedalam pinggang dan rembesan laut pasang. Kami membangunnya menjadi restoran, membuat kolam-kolam, dan mendirikan bangunan terbuka di atasnya. Waktu itu, Pak Habibie yang langsung menandatangani izin penggunaan lokasi ini,” jelas Paulus Kodrat.

Ketika dibuka tahun 1994, Golden Prawn harus kembali memulai dari awal. Lokasi mereka yang cukup terpencil pada masa itu membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat. Tapi tidak lama kemudian, kelompok loyalnya sudah menemukan alasan untuk meramaikan kembali usaha yang dikelola dua bersaudara ini. Kini Golden Prawn menyerap karyawan sebanyak 100 orang lebih, belum termasuk puluhan pemasok dari kalangan nelayan. Kapasitas tampung restoran ini mencapai 3.000 orang, sehingga berbagai acara juga sering digelar orang di sini.

Orang-orang yang pernah berkunjung dan mencicipi sajian segar Golden Prawn bukan kalangan sembarangan. Sosok-sosok seperti Habibie, Megawati Soekarnoputri, Amien Rais dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri sudah pernah menginjakkan kaki di ruangan VIP-nya.

“Bisnis makanan adalah usaha yang sibuk. Kami harus tegak setiap saat untuk melayani berbagai tipe orang, mulai dari kelas presiden hingga orang-orang tua yang cerewet. Tapi kesabaran dan kemampuan melewati suka dan dukalah yang membuat restoran ini bertahan hingga seperti sekarang,” pungkas Paulus.