Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tanpa Langkah Kongkret, Deklarasi KTT OKI akan 'Dilupakan'
Oleh : Redaksi
Selasa | 08-03-2016 | 08:12 WIB
jokowi by afp.jpg Honda-Batam
Presiden Joko Widodo dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas menjelang penutupan KTT luar biasa OKI di Jakarta. (Foto: AFP)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) diminta untuk menindaklanjuti resolusi dan deklarasi KTT luar biasa dengan melakukan langkah kongkret yang lebih terukur dan bertahap, kata seorang pengamat.

Dikhawatirkan deklarasi menyangkut masa depan Palestina itu akan bernasib sama seperti deklarasi-deklarasi sebelumnya yang tidak berdampak apa-apa dan akhirnya dilupakan.

"Tanpa langkah kongkret, saya ragu Deklarasi Jakarta mempunyai arti yang penting dan jangan bernasib sama dengan deklarasi sebelumnya yang hilang lagi, dan orang lupa lagi," kata staf pengajar politik Timur Tengah di Universitas Islam Negeri, UIN, Jakarta, Ali Munhanif kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Senin (07/03) malam.

Negara-negara OKI sudah semestinya menyiapkan langkah kongkret yang lebih terukur dan bertahap dalam mendukung proses perdamaian Israel-Palestina.

"Misalnya saja dibuat time frame dan secara bertahap memberi tekanan yang terukur, sebutlah, penghentian pembangunan pemukiman di Tepi Barat, atau dihentikannya konflik Hamas-Israel dalam sekian waktu," kata Ali memberi contoh.

KTT luar biasa OKI di Jakarta yang berakhir pada Senin (07/03) sore, melahirkan dua deklarasi yang intinya menguatkan tekanan kepada Israel terkait masa depan Palestina.

Selain mendukung penghidupan kembali proses perdamaian Palestina-Israel, peserta KTT menyerukan 'p enguatan tekanan kepada Israel, termasuk boikot terhadap produk Israel yang dihasilkan di wilayah pendudukan'.

Dalam keterangan pers bersama Sekjen OKI Iyad Ameen Madani dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Jokowi mengatakan OKI memiliki kepentingan untuk menguatkan tekanan kepada Israel, termasuk boikot atas produk Israel yang dihasilkan di wilayah pendudukan.

Menanggapi soal ini, Ali Munhanif mengatakan, ajakan memboikot produk Israel itu lebih sebagai tekanan ketimbang bertujuan untuk menutup langkah perdamaian Palestina-Israel.

"Harapan saya boikot itu tidak berdampak pada pemutusan hubungan sama-sekali dengan Israel, tetapi tekanan terhadap Israel," kata Ali.

Lagi pula, lanjutnya, nyaris tidak ada hubungan dagang atau hubungan diplomatik tingkat tinggi di antara negara-negara OKI dengan Israel.

"Kecuali hanya lima negara Islam yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel," tambahnya.

Dia kemudian menyarankan harus ada langkah sistematis dalam upaya diplomatik internasional untuk upaya perdamaian Palestina-Israel.

Deklarasi Jakarta -yang dihasilkan dalam KTT luar biasa OKI- menyatakan bahwa OKI menguatkan dukungan politis untuk menghidupkan kembali proses perdamaian Palestina-Israel.

KTT OKI di Jakarta dianggap menunjukkan kemajuan karena pesertanya sepakat meninggalkan "cara-cara militer dan terorisme" dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel.

Menurut Ali Munhanif, sokongan terhadap proses perdamaian yang mensyaratkan berdirinya dua negara ini merupakan langkah maju karena semua negara OKI mendukungnya.

"Harus diakui, untuk pertama kali dunia Islam betul-betul terlihat sepakat bahwa opsi proses penyelesaian Palestina, harus bersyaratkan berdirinya negara Palestina yang bisa duduk berdampingan dengan negara Israel," katanya.

Dia juga menganggap KTT OKI di Jakarta menunjukkan kemajuan karena pesertanya sepakat meninggalkan "cara-cara militer dan terorisme". (Sumber: BBC Indonesia)

Editor: Dardani