Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Nurdin, Merajut Sol Merangkai Harapan
Oleh : Romi Candra
Selasa | 26-01-2016 | 08:56 WIB
IMG_20160123_102949.jpg Honda-Batam
Nurdin, merangkai hari dari sol sepatu. (Foto; Romi Candra)

MERAJUT sol sepatu rusak, mengantarkan Nurdin merangkai harapan masa depan. Baginya, semakin banyak membantu orang memperbaiki sol sepatu mereka, adalah gerbang menuju kebahagiaan. Bagaimana kisah pria asal Garut itu merangkai harapan dari merajut sol sepatu di Batam? Berikut tulisan wartawan BATAMTODAY.COM, Romi Candra. 


"Jika mau berusaha, pasti selalu ada jalan". Itulah prinsip hidup Agaihenurdin dalam menjalani hidup. Menjadi tukang sol sepatu keliling, menempanya menjadi sosok setegar karang. Semangat itulah yang membuatnya bertahan hidup di Batam sejak tahun 2006 lalu. 

Tak ada kamus sengatan terik matahari membuat pria yang biasa disapa Nurdin itu mundur. Baginya, terik dan hujan adalah warna-warni kehidupan. Selalu indah pada waktunya. 

Apalagi, saat ini pertumbuhan properti di Batam berkembang pesat. Menjamurnya rumah-rumah baru, adalah pangsa pasar baru bagi pria kelahiran Garut tahun 1980 itu. 
 
Ia terus berkeliling dari rumah ke rumah sambil berteriak lantang. "Sol sepatu. Sol sepatu". Ya, teriakan itulah yang menjadi mantra satu-satunya untuk menarik rezeki setiap hari. Selain zikir dan do'a-do'a yang ia rapal dalam hati. Spesialisasi Nurdin adalah memperbaiki sepatu rusak, mengganti tapak atau menjahit sepatu yang sudah menganga.

Mendengar suaranya yang cukup keras, menarik perhatian BATAMTODAY.COM siang itu. Sayang membuang sepatu yang masih bisa diperbaiki, maka "deal bisnis" pun terjadi. 

Dengan sigap, Nurdin mengeluarkan "senjata perang"-nya. Profesionalisme Nurdin semakin kentara saat ia mulai memainkan peralatannya. Terampil dan trengginas ia menggunakan pisau, bergantian dengan jarum dan palu. 

Dengan alat-alat itulah, Nurdin merajut hari-harinya. "Belum lama mas, kra-kira baru mau masuk 10 tahun, sejak merantau ke Batam, tahun 2006 lalu," akunya. 

10 tahun bukanlah waktu yang singkat. Pantas saja ia begitu terampil dan tahu betul strategi jitu membuat sepatu menganga menjadi sepatu gaya. Diperhatikannya detil-detil setiap lekuk sepatu, seperti ia memperhatikan tantangan hidup dengan teliti. 

Cukup bagi Nurdin merangkai hidup itu dengan lembaran rupiah hasil sol sepatu. Meski kita sama-sama megetahui, tindak kriminilitas di Batam sangat tinggi. Para pelaku banyak mengaku, terpaksa melakukan itu karena desakan tuntutan hidup.  

Bagi Nurdin, pola pikir itu hanya dimiliki orang-orang yang tidak mau berusaha dah mudah berputus asa. Baginya, dalam menjalani hidup jangan mengedepankan gengsi, apalagi pilih-pilih pekerjaan. "Yang penting halal, apapun pekerjaannya akan saya lakukan," ujarnya.

Menjadi tukang sol sepatu lanjutnya, bukanlah pekerjaan yang sulit untuk dilakukan. Bahkan semua orang juga bisa melakukan, hanya saja harus didasari kemauan dan tidak memilih pekerjaan. "Kalau saya pilih-pilih pekerjaan, tentunya anak dan istri tidak makan," ujar ayah dua orang anak itu.

Soal penghasilan, ternyata Nurdi layak dimasukkan ke dalam katagori karyawan.Rata-rata, sehari ia mendapatkan uang Rp100 ribu. Artinya, sebulan penghasilannya Rp3 juta.

"Bedanya kerja di PT atau kantoran, gaji diterima sekali sebulan. Kalau saya terima setiap hari. Kalau mereka bilang ada uang lembur. Saya juga sering dapat uang lembur. Kadang kalau rejekinya, bisa bawa uang hinga Rp300 ribu dalam sehari. Ya itulah uang lemburnya," lanjut Nurdin sambil tertawa.

Selain itu, jam kerja pun sesuka hatinya. Rutenya menjajakan jasa juga tak ditetukan. Tidak jarang panas terik matahari terus ia lalui demi sesuap nasi. Di setiap masjid yang ia lalui, kerap menjadi tempatnya beristirahat sejenak. Sekadar unuk melepas lelah. Bahkan, ia juga sering diusir sekuriti kalau mau berkeliling ke perumahan.

"Saya tinggal di Kavling Sungai Nayon, Bengkong Sadai. Alhamdulillah saya sudah bisa beli tanah dan mulai membangun sedikit-sedikit. Sekarang baru berdiri untuk satu kamar saja. Yang penting tidak menyewa lagi," tambahnya.

Lika-liku dan pahit manisnya kehidupan juga sudah ia rasakan selama di Batam. Menjadi tukang sol sepatu keliling, baru ia geluti kembali sejak pertengahan 2014. "Saya sempat menyewa tempat di Bengkong Harapan dari tahun 2008 hingga 2014. Selain menawarkan jasa sol sepatu, sekalian saya jual buah-buahan dan sepatu bekas. Tapi lokasinya digusur, terpaksa keliling lagi," ujar Nurdin.

Tentunya, banyak hal yang bisa diambil untuk belajar hidup lebih baik. "Di Batam ini mendapatkan uang sangat gampang, mas. Tapi tentunya harus memiliki keahlian. Kebanyakan orang merantau hanya bermodal nekat saja, dan sampai di Batam jadi tidak tahu harus bagaiman dan berbuat apa. Saya cuma tamatan SMP, mas, dan tidak mungkin mengharapkan pekerjaan layak. Jadi tukan sol sepatu memang unuk kaya tidak mungkin, tapi untuk memenuhi kebutuhan sehari, cukuplah," sambungnya.

Untuk menjahit sepasang sepatu, ia bandrol seharga Rp30 ribu saja. "Yang saya jual adalah jasa. Kalau untuk benangnya, cukup murah. Jadi tidak perlu modal besar. Hanya saja tidak selalu ada sepatu yang rusak untuk diperbaiki," tambahnya lagi.

Nurdin hanya berpesan, jangan mudah berputus asa dalam hidup. "Jalan hidup ini sudah ditentukan Tuhan. Yang penting tetap berusaha, pasti selalu ada jalan setiap masalah, bukan berputus asa dan mengambil jalan pintas," tutupnya, sambil mengemasi peralatan "tempurnya". 

"Permisi mas". Nurdin berlalu lalu kembali merapalkan mantranya. "Sol sepatu. sol sepatu". 

Editor: Dardani