Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menyingkap Misteri 'Penculikan' Mahasiswi Kepri
Oleh : Harun Al Rasyid
Selasa | 19-01-2016 | 08:00 WIB
Ilustrasi-Penculikan.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ilustrasi penculikan. (Foto: Dok Batamtoday.com)

PENCULIKAN mahasiswa Kepri, Zefny Nelly, terjadi bersamaan dengan eksodus para pengikut Gafatar ke Kalimantan. Kini, justru berita "penculikan" mahasiswa semester akhir jurusan matematika FKIP Unrika Batam itulah yang terbalut misteri. Penculikan "jenis" apa yang dialami Zefny? Berikut hasil investigasi wartawan BATAMTODAY.COM, Harun Al Rasyid menyingkap misteri tersebut. 


Nama Zefny Nelly menghiasi semua laman media massa cetak dan online terbitan Batam, Selasa (12/1/2016) lalu, bahkan hingga hari ini. Selain karena peristiwa penculikan yang menimpa mahasiswa berjilbab syar'i itu mengejutkan warga Batam, juga karena kasus ini sejak awal terlihat janggal. 

Tak heran, jika polisi yang menerima laporan hilangnya mahasiswi cantik ini juga tidak percaya begitu saja. Berangkat dari sejumlah kejanggalan, BATAMTODAY.COM melakukan investigasi. Dimulai dari kronologi, mencocokkan berbagai keterangan orang dekat Zefny dengan lokasi-lokasi kejadian perkara yang diungkapkan. Sampai dengan wawancara dengan Zefny sendiri.

Diantara kejanggalan dalam misteri "penculikan" Zefny ini dimulai dari awal kronologi. Yaitu, bagaimana mungkin seorang yang mengaku sakit perut mendadak, lalu pergi mencari klinik yang jaraknya sekitar 1 kilometer. Zefny memilih membeli obat di Klinik Alam Sehat, yang jaraknya lebih jauh ketimbang di seputaran ruko kawasan depan kampusnya. Padahal, di sekitar Kampus Unrika Batam itu, terdapat beberapa apotik yang letaknya berjejer sepanjang jalan. 

Itu kejanggalan pertama. Kemudian, lebih tidak masuk akal lagi, jarak yang cukup jauh itu ditempuhnya dengan tidak mengendarai sepeda motor matic yang biasa ia gunakan bersama Nella, adiknya. Begitu juga ponsel dan barang-barang lainya tidak dibawa. 

Akhirnya, Zefny diantar oleh sepupunya, Reno, ke Klinik Alam Sehat. Begitu sampai, Zefny menyuruh Reno pulang. Bahkan, Faridah Ariani (46), ibu kandung Zefny, ketika dikonfirmasi BATAMTODAY.COM, Rabu (13/1/2016) lalu, mengungkapkan, saat ke klinik Zefny tidak membawa uang sepersen pun. 

Kejanggalan kedua muncul seiring dengan munculnya mahasiswi matematika itu pada Rabu (13/1/2016). Dalam penuturanya, Zefny mengaku dibius oleh tiga pemuda berperawakan tinggi berambut gondrong yang membuntutinya dari belakang menggunakan sebuah mobil. Lalu, aksi penculikan Zefny pun terjadi. 

Masih menurut pengakuan Zefny, setelah diculik ia dibawa ke sebuah hutan sekitar wilayah Batuji Batam. Tempat penyekapannya berbeda-beda, dalam hutan Batuaji yang berada di belakang Perumahan Pandawa dan wilayah Punggur. 


Lalu, masih dari penuturan Zefny, ia kemudian lolos dari sekapan dan berlari selama 3 jam, barulah dia menemukan jalan besar. Di situlah ia berjalan menuju kawasan Pandawa dan diantarkan warga ke rumah saudaranya di Puri Hijau. 

Ini yang aneh. Karena tidak ada hutan di sekitar Batuaji yang luasnya membutuhkan waktu 3 jam untuk ditembus. Apalagi, hutan yang letaknya di belakang Perumahan Pandawa itu. Saat ini, hutan di Batuaji hanya ada di sekitar kawasan Temiang, dan itu pun jarak tempuh dari Perumahan Pandawa ke hutan tersebut sekitar 6 kilometer. 

Sampai di sini, misteri "penculikan" ini pun semakin gelap. Untuk mencari terang, BATAMTODAY.COM, menghubungi Zefny.  Dari perbincangan melalui ponsel mahasiswi Kepri ini pun mengungkapkan kejadian sesungguhnya adalah sebagai berikut : 

Saya sekarang masih di Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB). Sudah mau empat hari di sini, masih periksa. Tapi alhamdulilah sekarang sudah sehat total. Saya tak kenapa-kenapa. Kata dokter saya sehat-sehat saja.

Selama menjadi pasien RSOB, saya dikunjungi bapak polisi. Tak tahu dari mana bapak polisi itu. Kemungkinan besar polisi Batuaji, sebab sesuai laporan kehilangan yang masuk yang menanganinya itu jajaran Polsek Batuaji. 

Polisi liha ke rumah sakit. Kata polisi, adik ngomongnya ngelantur, untung saja tak tersebar luas. Kalau tersebar luas kena, gitu.

Polisi sudah menduga Zefny hanya mengarang cerita palsu, kemudian memakluminya. Polisi yang datang medoakan cepat sembuh dan memberikan semangat untuk saya. 

Polisi doain, bilang cepat sembuh, terus kasih semangat. Dia tau pasti karena ada alasan lain. Lagian bukan sering-sering, baru satu kali. Jadi polisi tak mempermasalahkan. 

Lalu, soal penculikannya? 

Taklah, saya tak diculik. Saya cuma ngarang cerita saja. Tapi masalahnya udah selesai. Memang ada suatu permasalahan pribadi yang hanya saya dan keluarga yang tahu. Permasalahan itu cukup rumit dan susah untuk diceritakan. Yang jelas saya tidak diculik orang. 

Apakah masalah cowok?

Bukan masalah dengan cowok. Gimana masalah sama cowok, wong cowok saja tak ada. Ada yang buat saya tertekan. Cukup orang tua saja yang tahu.

Teman-teman gak percaya saya diculik. Apalagi Cinda teman akrab saya, tak percaya sama sekali. Pasti ada sesuatu yang buat dia tertekan. 

Di balik semua cerita yang tersebar seputar penculikan tersebut, Cinda teman akrab Zefny tak percaya begitu saja. Masih dari penuturan Zefny, sosok Cinda lebih dari seorang teman ataupun sahabat. 

Soal bekas luka di kepala?

Saya baik-baik saja dan tidak mendapatkan luka sedikit pun di tubuhnya. Penuturan keluarganya itu bohong atau tipu muslihat semata. Itu ngarang-ngarang keluarga saja. Sebelum saya ngomong, mereka sudah ngomong duluan. 

Jadi, kemanakah selama ini? 

Nah itulah, cari perlindungan. Tak tahu di manam pokoknya cari perlindungan. Cari-cari saja tak ingat. 

Entah apa yang dimaksud calon sarjana ini dengan mencari perlindungan. Cari perlindungan seperti apa? 

Inilah yang masih buram. Mungkin cari perlindungan Yang Maha Kuasa, untuk menenangkan hatinya yang galau. 

Semoga saja begitu. 

Editor: Dardani