Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Waspada! Radikalisme Rusak Tatanan Negara
Oleh : Opini
Senin | 04-01-2016 | 10:18 WIB

Oleh: Juli Sasman S.Ag*

BANGSA Indonesia, telah melewati berbagai era  mulai dari zaman kolonial, orde lama, orde baru dan  reformasi. Di zaman sebelum reformasi ancaman terbesar  Negara Indonesia adalah disintegrasi bangsa dimana  dibeberapa daerah, gerakan separatis menuntut agar dapat memisahkan diri dari NKRI untuk membentuk Negara sendiri.

Namun, di era reformasi saat ini ancaman terbesar adalah  paham radikal yang ingin membelokkan ideologi Pancasila ke ideologi yang berbasis Islam. Oleh karenanya kewaspadaan tingkat tinggi terhadap paham radikalisme harus  ditanamkan sejak dini oleh masyarakt kita. Berpikir cerdas dan bertindak cepat sangat penting dilakukan, guna menjaga bangsa ini dari pengaruh paham tersebut.

Sebelum maraknya gerakan  ISIS di dunia, gerakan radikal yang sangat ditakuti adalah kelompok Al Qaeda yang dipimpin Osama Bin Laden. Mereka mempunyai jaringan-jaringan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Seiring waktu berjalan dan tewasnya Osama Bin Laden, gerakan garis keras lainnya yang muncul yaitu Islamic State Irak dan Suriah (ISIS) dipimpin oleh Abu Bakar Al Bagdadi. 
Dalam aksinya pergerakan ISIS dinilai lebih berbahaya dibandingkan aksi terorisme kelompok Al Qaeda, karena mereka berupaya mengkudeta pemerintah resmi negara-negara Islam dunia seperti Pemerintah negara Irak dan Suriah. Mereka juga melakukan kekerasan dan teror di negara-negara mereka anggap melakukan perlawanan terhadap mereka, seperti Rusia, Perancis, AS, dan lainnya.    

Gerakan ISIS yang jelas-jelas mengatasnamakan Islam menodai ajaran agama Islam. Islam dianggap oleh orang yang berpikiran sempit seperti kandidat Presiden AS, Donald Trump sebagai agama teroris, sehingga patut disingkirkan. Padahal gerakan ISIS itu sendiri merugikan umat Islam di dunia,  mereka  telah menjadi korban jiwa maupun hartan  akibat kebiadabannya.

Di Indonesia sendiri kewaspadaan perlu ditingkatkan karena gerakan pemberontakan yang mengatasnamakan agama ini bisa mempengaruhi umat muslim di Indonesia. Dalam waktu singkat didapati sudah ada kelompok-kelompok Islam garis keras yang menyatakan secara terbuka mendukung gerakan ISIS di Indonesia. Dukungan terhadap gerakan ISIS ini berpotensi menjadi sebuah ancaman untuk munculnya gerakan-gerakan terorisme dan berpotensinnmengancam Negara  Indonesia yang berazaskan Pancasila. Paham ISIS ini rentan mempengaruhi masyarakat muslim Indonesia. Para pengguna media sosial, terutama generasi muda agar bersikap dewasa saat berinteraksi di media sosial. Mereka juga harus bisa mengelola akun masing-masing dan menyeleksi pesan yang diterima secara selektif.

Pakar komunikasi dari Universitas Paramadina, Henry Satrio mengingatkan, propaganda paham kekerasan oleh kelompok ISIS  melalui dunia maya  harus dilawan dengan melakukan propaganda yang sama. Dunia maya harus dibanjiri tentang informasi dan tulisan tentang agama Islam populer, yaitu Islam yang rahmatan lil alamin (agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia). Maka itu  mengapresiasi pemerintah, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), terkait sosialisasi pencegahan terorisme melalui dunia maya dengan pencanangan Tahun Damai di Dunia Maya. Langkah itu  harus dilakukan dan terus ditingkatkan dalam menciptakan perdamaian di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.

Guru Besar Sosiologi Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Prof. Dr. Bambang Pranowo mengungkapkan bahwa penguatan pemahaman agama Islam moderat bisa menjadi senjata untuk mencegah dan menghadang propaganda ISIS. Untuk merealisasikan itu,  semua pihak harus bersatu dan bersinergi dalam memerangi ISIS.  Karena berkembangnya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila seperti paham ISIS ini patut diwaspadai sebagai upaya pengikisan nilai-nilai kebangsaan. Karena itu, pengamalan nilai-nilai Pancasila menjadi kunci untuk mencegah perpecahan serta mempertahankan persatuan Indonesia.

Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar mengatakan untuk mencegah penyebarluasan paham kekerasan, terutama oleh kelompok militan ISIS, bangsa Indonesia harus memperkuat toleransi antarumat beragama dan ideologi Pancasila. Penguatan toleransi dan ideologi adalah solusi untuk menyelamatkan bangsa ini dari pengaruh paham kekerasan dan ISIS. Kalau toleransi tidak digalakkan dan dibina secara serius dan terarah, maka peluang bangsa Indonesia terjangkiti paham kekerasan dan terorisme akan semakin besar.

Untuk itu, di dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme, BNPT  harus lebih memperkuat kerja sama dengan berbagai lembaga terkait, seperti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta Departemen Dalam Negeri. Maka penguatan toleransi dan ideologi akan lebih terarah. Indonesia memiliki kearifan lokal untuk membendung serbuan paham negatif, termasuk paham kekerasan, dari luar. Hanya, diperlukan kemasan baru yang lebih menarik agar nilai-nilai kearifan lokal itu tidak dianggap kuno, terutama oleh generasi muda. Untuk itu, dibutuhkan orang-orang muda pula untuk menjadi juru syiar yang cakap dalam memberikan pemahaman dan penjelasan kepada generasi muda tentang nilai-nilai kearifan lokal tersebut. 

*) Penulis Pemerhati Masalah Gerakan Islam Garis Keras