Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Misi Khusus Penjabat Gubernur Kepri Nuryanto

Sang Pahlawan di Jalur Tikus
Oleh : Hadli
Sabtu | 02-01-2016 | 10:12 WIB
IMG_20150121_123915.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Inilah kapal kayu yang membawa para TKI Ilegal di Pelabuhan Tikus Teluk Mata Ikan Nongsa. (Foto: Hadli)

MEREKA dipuja setinggi langit. Lalu, dihempas ke titik terendah dan diperkosa. Mereka disebut pahlawan devisa, tapi nasib mereka terus-menerus diperkosa. Bahkan, di Batam, para pahlawan itu harus menyusuri 'jalur tikus'.


Inilah salah satu misi khusus Penjabat Gubernur Kepri, Nuryanto. Bagaimana para pahlawan devisa itu terjerembang di 'jalur tikus'? Berikut hasil investigasi wartawan BATAMTODAY.COM, Hadli.

Menjelang subuh, kapal kayu yang kami tumpangi mulai memasuki perairan Batam. Sorot lampu dari pulau kalajengking itu menarik laju kapal kayu yang kami naiki berdesakan. Perjalanan kapal kami lancar, tak ada hambatan. Tak ada pemeriksaan dari kapal patroli apa pun. Pokoknya lancar-car. Alhamdulillah. 

Azan subuh berkumandang, terdengar lamat-lamat. Kapal kayu kami merapat. Tidak ada pelantar, apalagi pelabuhan tempat kapal kayu kami menambat tali di pelabuhan tikus Teluk Mata Ikan, Nongsa. Yang ada adalah bibir pantai yang gelap. Kami harus bergerak cepat, agar tidak ditangkap polisi. Kemudian, kami diinapkan di sebuah rumah yang tak bertetangga. Di dalam hutan, tapi tak jauh dari jalan raya. 

Begitu terang menerobos "save house" itu, kami semua langsung dibawa dengan menggunakan mobil menuju Bandara Hang Nadim Batam. Lengkap dengan tiket pesawat yang akan membawa kami menuju Bandara Juanda Surabaya. Berarti, selesai sudah "deal" kami dengan mereka.

Itulah penuturan Nuerman kepada BATAMTODAY.COM menjelang Natal lalu. Pria yang sudah dua tahun bekerja di Malaysia sebagai TKI ilegal itu beruntung, perjalanannya menembus barikade Imigrasi Malaysia dan patroli TNI Angkatan Laut, Polair, Bea Cukai atau Syahbandar, berjalan mulus. Tinggal menunggu panggilan boarding saja, Nuerman akan terbang membawa lembaran ringgit-nya ke kampung halaman.

Bersama Nuerman, masih ada ribuan bahkan jutaan pahlawan devisa lain di Malaysia, Singapura dan negara-negara lain. Di Batam, mereka harus terjerembab ke dalam 'jalur tikus'. Ya, harus! Karena tidak ada pilihan lain bagi mereka untuk bisa menerobos semua barikade tersebut, kecuali berhubungan dengan jaringan penyelundup.

Penyelundup orang, barang, bahkan "obat pembunuh massal", narkoba. Pelabuhan yang harus mereka lalui adalah pelabuhan tikus. Di Batam, jumlahnya mencapai ratusan. Kalau tidak percaya, cek saja ke Kantor Bea Cukai Batam. Mereka inilah bagian penting dalam operasi transnational crime di Kepri. Tanpa mereka, pergerakan orang, barang dan narkoba tidak akan terjadi.

Pertanyaannya adalah, mengapa kegiatan mereka itu terus dan menerus terjadi? Apakah ada pembiaran?

Padahal, Kapolri Jendral Badrodin Haiti sudah menginstruksikan kepada para Kapolda yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, seperti wilayah Kepulauan Riau, agar tetap waspada dengan jalur atau pintu masuk. Jangan sampai dimanfaatkan secara ilegal oleh terorisme yang berbaur dengan TKI ilegal.

Menanggapi masih maraknya kapal kayu yang terus menjadi moda laut utama bagi para TKI ilegal yang ingin pulang ke tanah air melalui Batam, Kabib Humas Polda Kepri, AKBP Hartono menjawab BATAMTODAY.COM mengatakan, butuh peran serta semua elemen masyarakat, para tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerintah serta instansi terkiat seperti Syahbandar, Bea Cukai dan lainnya untuk memberantas hal tersebut. 

"Kalau pihak-pihak yang terkait tidak peduli bagaimana bisa terwujud. Kapal berlayar ada instansi yang mengurusnya, muatan barang termasuk orang juga ada pihak yang berwenang menanganinya. Oleh karenanya butuh peran serta seluruh lapisan ikut berperan," ungkap Babe, demikian perwira menengah itu biasa disapa. 

Selain itu, tambahnya, peran serta masyarakat, RT dan RW hingga kepedulian lurah dan camat juga sangat penting, untuk menimalisir kejahatan transnasional di Batam. Khususnya, trafficking, perompakan, TKI ilegal, narkoba dan terorisme. 

"Kalau sudah dimulai dari masyarakat, RT dan RW serta instansi terkait tentunya tidak akan terjadi lagi. Tapi jika tidak ada kepedulian bagaimana bisa terwudud. Jangan hanya mengandalkan polisi, apalagi ditengah pengamanan natal dan tahun baru. Jika ada Informasi segera disampaikan kepada polisi yang dikenal atau kantor polisi terdekat agar segera ditindaklanjuti," tuturnya lagi. 

Semua transnational crime tersebut menjadi salah satu misi Nuryanto, Penjabat Gubernur Kepri pengganti Agung Mulyana. Tentu saja, bersama dengan Kapolda Kepri yang baru, Brigjen Sam Budigusdian dan jajaran TNI serta semua stakeholder di Kepri lainnya. 

Karena misi itulah yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo saat melantik Nuryanto. Menjaga Kepri yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, jangan sampai menjadi transit kelompok radikal, terorisme. Serta, mengawal Kepri agar bisa menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. 

Editor: Dardani