Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Pianis Indonesia Usia 12 Tahun yang Gemparkan Dunia Jazz
Oleh : Redaksi
Kamis | 31-12-2015 | 08:53 WIB
pianis_muda_indo_by_voa.jpg Honda-Batam
Joey Alexander saat memainkan piano. (Foto: VOA)

BATAMTODAY.COM, Honolulu - Kalau Anda mendengarkan Joey Alexander memainkan piano, Anda akan mendengar masa depan Jazz. Orang-orang yang pernah mendengarnya memainkan piano terhanyut dalam alunan musiknya dan kemahirannya memainkan piano. Joey baru berusia 12 tahun.


Tapi orang-orang yang telah mempunyai nama besar dalam musik jazz yang pernah bekerja dengannya dan mendengarkan musiknya tidak peduli dengan usianya. Jason Olaine, yang memproduksi album pertama Joey, My Favorite Things, mengatakan; "Pejamkan mata dan dengarkan Joey.”
 
Mereka yang mendengarkan musiknya terkagum-kagum, hingga pianis muda itu menerima dua nominasi Grammy, untuk kategori “Best Improvised Jazz Solo” dan “Best Jazz Instrumental Album.” Ia adalah salah satu musisi termuda yang pernah menerima kehormatan itu.

Josiah Alexander Sila dilahirkan di Bali, Indonesia, di mana orang tuanya mempunyai bisnis perjalanan wisata, dan ayahnya bisa sedikit bermain piano dan gitar. "Saya melihatnya bermain (alat musik tersebut) dan saya jadi ingin bermain, saya ingin mencoba alat musik ini," kata Joey.
 
Ia belajar bermain musik jazz secara otodidak ketika ia masih berusia enam tahun, dengan mendengarkan koleksi album musik milik ayahnya. Joey menyebutkan berbagai nama, "Duke Ellington, Billy Strayhorn, Thelonious Monk dan Miles Davis, Coltrane dan Bill Evans. Saya mendengarkan semua musisi-musisi hebat ini."
 
Keluarga Joey kemudian pindah ke Jakarta, agar Joey bisa bermain musik bersama seniman jazz Indonesia terbaik. Ketika ia berusia 10 tahun, ia diundang ke kota New York, untuk bermain di acara Jazz at Lincoln Center. Direktur Program JALC, produser rekaman Jason Olaine, ingat reaksi para musisi yang ada di sana untuk gladi resik ketika Joey memainkan lagu Thelonius Monk.
 
"Joey memainkan sepotong lagu "Round Midnight," dan semua orang menganga, melihat ke arah Joey dan saling bertukar pandang dan mereka tertawa, dan berkata 'Kita pasti salah dengar.' Ia kemudian mencobanya lagi dengan aransemen yang sangat berbeda. Kita mengangkat bahu, saling bertukar pandang, menggaruk kepala, dan berpikiran 'oke, saya tidak pernah lihat yang seperti ini sebelumnya.'"
 
Salah satu musisi yang ikut main dalam album perdana Joey mempunyai reaksi serupa. Pemain drum Ulysses Owens, Jr., yang berusia 32 tahun, mengatakan walaupun ada perbedaan usia dua puluh tahun, ia dan Joey terhubung dalam hal musik sejak awal.

Ia ingat melihat pianis muda itu memainkan "Giant Steps," yang mungkin mengantarkannya meraih piala Grammy pada bulan Februari mendatang untuk kategori 'Best Improvised Jazz Solo'.

"Setiap kali kami memainkan "Giant Steps," Joey selalu senang memainkan intro, tanpa band lengkap… Dan di salah satu intro kedua atau ketiganya, ia seperti tidak ada di bumi. Saya memperhatikannya, saya melihat dia memejamkan matanya dan saya melihat kepalanya mengangguk-angguk, gerakan khasnya ketika ia mulai seperti 'tidak ada di bumi ini'... dan saya berpikir 'Ini keren sekali,'" katanya sambil tertawa.

"Melihat anak ini, ia melakukan semua petualangan harmonik ini, dan petualangan melodius, dan dia melakukan hal yang keren, dia benar-benar ada di level yang lain, saya berpikir, ini sebuah anugerah, saya melihatnya dan anak ini benar-benar berasal dari planet lain, ini hal yang sangat indah."

Ketika ia tidak bermain musik, pianis muda ini belajar di rumah (homeschooling). Ia suka musik pop, Michael Jackson, Aretha Franklin, dan the Beatles. "Saya ya saya, seorang anak kecil," ia bersikeras. "Saya main mainan. Saya olahraga, seperti tennis, berenang...seperti anak kecil pada umumnya, saya nonton tivi."

Orang tua Joey meninggalkan bisnis perjalanan wisata mereka dan akhirnya pindah ke New Jersey, agar Joey bisa memperdalam musiknya. Joey bersyukur atas semua dukungan dan dorongan yang ia terima selama ini. Dan ia senang menjadi bagian dari kancah musik jazz kota New York, di mana para idolanya merekam album yang ia dengarkan. Dan di mana ia bisa menjalani mimpinya, bermain musik jazz untuk orang-orang.

"Saya harap mereka bisa merasa gembira karena musik ini sangat menggembirakan dan menyentuh banyak orang. Saya berharap orang-orang juga gembira menjalani hidup mereka dan juga memiliki harapan." (Sumber: VOA Indonesia)

Editor: Dardani