Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menyoal Kesalahan di Balik Kabut Asap
Oleh : Opini
Selasa | 29-09-2015 | 10:45 WIB

Oleh: Zainuddin*

PEMBAKARAN tampaknya telah menjadi budaya masyarakat Indonesia dalam membuka lahan gambut.  Hampir setiap tahun juga kebakaran lahan mewarnai bumi Indonesia di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Dampak kabut asap tak dapat dihindari. Lalu siapakah yang harus disalahkan atas semakin menyebarnya kabut asap yang telah berdampak pada kehidupan masyarakat? Apakah pemerintah lalai dalam menanggulangi dan mencegah bencana kebakaran lahan  yang selalu terjadi setiap tahuh atau masyarakat kita yang tidak sadar akan dampak yang lebih besar akibat pembakaran lahan gambut tersebut? Peribahasa “tak ada asap tanpa api” cocok menggambarkan bencana asap yang melanda wilayah Jambi, Riau, Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat. Kabut asap ini muncul tentunya karena adanya kebakaran, yakni kebakaran lahan.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tren hotspot atau titik api kebakaran lahan dan hutan menurun dibandingkan tahun lalu. Namun, setiap bulannya jumlah titik api tahun ini meningkat setiap bulannya. Pada Juli 2015 jumlah titik api ada 48, sedangkan pada Agustus 2015 naik hingga 53 titik, sementara pada September 2015 telah mencapai 63 hingga 65 titik. Walaupun jumlah hotspot lebih sedikit daripada tahun lalu akan tetapi bencana kabut asap tampaknya lebih membahayakan daripada tahun-tahun sebelumnya.

Penyebab terjadinya kabut asap tak lain karena adanya pembakaran lahan di sejumlah wilayah. Pasalnya, pembakaran lahan merupakan salah satu cara mudah dan murah dalam membuka lahan. Selain itu,musim kemarau adalah musim yang cocok untuk melakukan pembakaran.

Pada musim ini, kurangnya pasokan air pada tumbuhan juga menunjang mudanya terjadinya pembakaran pada tumbuhan-tumbuhan. Lebih parahnya lagi pembakaran lahan ini dilakukan secara masal. Baik dari kalangan petani lokal ataupun perusahaan-perusahaan perkebunan menerapkan metode pembakaran lahan.  Sadar ataupun tidak, metode pembakaran lahan menjadi penyebab bencana kabut asap yang dialami Indonesia setiap tahunnya.

Banyak dampak negatif yang disebabkan oleh kebakaran lahan ini terutama dampak kabut asap. Mulai dari dampak ekonomi hingga dampak kesehatan. Dari sisi ekonomi, kabut asap tentu akan menghambat dan mengurangi aktivitas masyarakat di luar ruma sehingga dapat berdampak pada perputaran roda ekonomi daerah. Banyak tanaman rusak, hewan yang menjadi sakit ataupun mati. Bahkan biaya untuk mengatasi gangguan asap cukup besar meliputi pembelian air untuk memadamkan api, biaya transportasi pemadaman serta biaya ektra tenaga pemadam kebakarannya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Yoga Aditama menjelaskan bahwa kondisi kesehatan tertentu, orang menjadi lebih mudah mengalami gangguan kesehatan akibat kabut asap dibandingkan orang lain, khususnya orang dengan gangguan paru dan jantung, lansia, dan anak-anak. seseorang dapat mengalami sesak napas dan infeksi paru jika selalu terpapar kabut secara langsung dan dalam jangka waktu lama. Dia mengatakan asap tersebu dapat menyebabkan iritasi lokal pada selaput lendi di hidup, mulut dan tenggorokan. Tak hanya itu, asap kebakaran juga dapat menyebabkan reaksi alregi, peradangan, dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga pneumonia.­­

Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kabut asap seharusnya menjadi ajang kesadaran bagi para pelaku pembakaran lahan. Dampak-dampak tersebut pasti akan dirasakan oleh keluarga dan kerabat dekat mereka. Pelaku pembakaran lahan seharusnya tidak memikirkan ego pribadi. Demi mendapatkan keuntungan yang besar, mereka menggunakan metode yang murah namun sangat merugikan bagi orang lain. Menggunakan metode pembakaran lahan secara terbuka sangatlah tidak relevan digunakan di era moder ini, era yang  juga sedang maraknya terjadinya pemanasan global. Lebih baik mencari alternatif lain dalam membuka lahan dengan menggunakan teknologi-teknologi modern ataupun cara yang lebih ramah lingkungan.

Saling menyalahkan dalam menghadapi bencana kabut asap inipun takkan menyelelsaikan masalah. Kita sebagai warga negara Indonesia tidak dapat menyalahkan pemerintah atas bencana yang berulang setiap tahunnya. Bukan berarti pemerintah lalai dan gagal dalam mengantisipasi kebakaran lahan yang pasti terjadi setiap tahunnya.

Namun masyarakat sendiri juga harus sadar untuk tidak menggunakan metode pembakaran lahan secara tidak terkendali yang merugikan khalayak banyak. Dalam hal ini, kita harus bersama-sama menangani masalah pembakaran lahan. Jika tidak kita bantu pasti kita akan merasakan dampaknya juga. Ibarat kita dalam satu bahtera (Indonesia) yang sedang mengalami kebocoran, mari bersama sama menaggulangi masalah tersebut. 

*) Penulis adalah Pemerhati Lingkungan Hidup