Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

DPD RI Minta PLN Transparan Soal Listrik Prabayar
Oleh : Surya
Rabu | 16-09-2015 | 19:26 WIB

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Wakil Ketua Komite II DPD RI Ahmad Nawardi meminta PT PLN transparan soal pembayaran listrik, baik meteran maupun voucher/token (prabayar).


Sebab, selama ini masyarakat tidak tahu rincian (breackdown) dari sejumlah biaya yang dibayarkan kepada PLN setiap bulan. 

“Rincian pembayarannya harus transparan, sampai hari ini masyarakat tidak tahu rincian pembayaran dari struk yang diterima dari PLN," kata Nawardi dalam dialolg 'Dibalik Bisnis Pula PLN, Siapa yang Untung?’ di Jakarta, Rabu (16/9/2015).

Menurut Senator asal Jawa Timur ini, masyarakat dipaksa untuk menggunakan listrik prabayar dengan sistem token. "Harusanya masyarakat diberikan pilihan, pilih token atau meteran," katanya.

Akibat penggunaan listrik prabayar ini, lanjutnya, jumlah kemiskinan di Jawa Timur semakin bertambah, karena daya beli masyarakat bertambah turun.

“Di Jawa Timur umlah orang miskin itu bertambah 0,6 %. Itu artinya daya beli masyarakat turun, karena listrik pakai token ternyata jauh lebih mahal dibandingkan meteran. PLN harus pula mengevaluasi tarif listrik yang lebih rasional," katanya.

Pembelian token listrik melalui bank dan supermarket membuat potongan administrasinya jauh lebih mahal. Mestinya, PLN bekerjasa dengan koperasi atau BUMDesa untuk penjualan token listrik agar dapat dijangkau masyarakat.

Sedangkan Wakil Ketua Komisi VII DPR RISatya Widya Yudha menegaskan, listrik prabayar awalnya bertujuan untuk mengatur kemampuan masyarakat dalam menggunakan listrik sesuai kebutuhannya, tapi pengelolaan PLN selama ini cenderung liberal.

"Padahal lkalau pembayaran itu bisa dirinci dengan benar, maka masyarakat bisa menerima, tapi PLN selalu menolak dan menyamaratakan tarif listrik yang 400, 900 dan 1300 VA, tarifnya sama 1352 kwh," kata Satya.

Pengamat politik ekonomi, Ichsanuddin Noersy menambahkan, mahalnya listrik prabayar karena. PLN bekerjasama dengan bank.

"Selama ini masyarakat tidak tahu untuk apa saja, itu yang belum terjawab sampai sekarang," kata Ichsanuddin.
Ichsanuddin juga menolak swastanisasi PLN karena nantinya negara makin tak akan mampu mengendalikan harga listrik. 

Editor: Surya