Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ajarkan Anak Spesial Membaca, Jangan Langsung Kenalkan Huruf A Sampai Z
Oleh : Roelan
Senin | 17-08-2015 | 11:47 WIB
tri_gunadi_pelatihan.JPG Honda-Batam
Tri Gunadi. (Foto: dok/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Melatih anak berkebutuhan khusus (ABK) membaca harus melalui tahapan-tahapan yang berbeda dengan anak lainnya. Agar ABK paham, anak jangan langsung dikenalkan dengan huruf "a" sampai "z".

"Jangan langsung dikenalkan huruf dari a sampai z, tetapi kenalkan terlebih dahulu huruf-huruf vokalnya, a, i, u, e, o. Setelah itu, baru dikenalkan dengan huruf-huruf konsonan yang ikonik, yang mudah diingat karena bentuknya unik atau sering digunakan sehari-hari," kata dr Tri Gunadi Amd OT SPsi, Direktur Klinik Tumbuh Kembang Yamet.

"Selain itu, huruf-huruf seperti b, p, d, q juga jangan diajarkan serentak, tetapi harus diajarkan terpisah," imbuhnya.

Gunadi menjelaskan, membaca merupakan gerakan auditif dan visual. Ada lima komponen yang terlibat dalam proses membaca, yakni pendengaran, penghilatan, otak sebagai pemroses, motorik tangan, dan motorik oral.

Karena itu, sebelum diajarkan membaca, perlu adanya proses pre-reading sebagai tahap awal mengenalkan anak dengan tulisan. "Tahap pertama adalah tahap fantasi atau magical state," ujar pakar tumbuh kembang anak ini.

Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku. "Awalnya dipegang-pegang, dibolak-balik, lembar demi lembar dibuka, melihat gambar-gambarnya, bahkan buku kesukaannya dibawa ke mana-mana. Dia belajar mendeskripsikan secara visual," jelasnya.

Menurut Gunadi, pada tahap ini orang tua atau guru harus menunjukkan model atau contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu, atau membicarakan tentang buku pada anak.

Tahap yang kedua, imbuh Gunadi, adalah pembentukan konsep diri. "Pada tahap ini anak mulai terlibat 'membaca' buku meskipun belum bisa membaca tulisannya. Anak berpura-pura membaca buku, mencoba mencari tahu makna dalam gambar atau tulisan di buku dan belajar melabel (mengucapkan, red)," terangnya.

Pada tahap kedua inilah orang tua atau guru harus memberikan rangsangan dengan membacakan sesuatu yang menarik minat anak. Orang tua atau guru hendaknya memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak dan melibatkan anak membacakan berbagai buku.

Sementara tahapan yang ketiga adalah membaca gambar. Pada tahapan ini, anak sudah mulai sadar pada tulisan-tulisan di buku dan menemukan kata atau gambar atau simbol-simbol yang sudah dikenal. Contohnya tulisan logo RCTI, Trans-TV atau tulisan-tulisan ikonik lain yang mudah diingat.

"Nah, pada tahap ini orang tua atau guru sebaiknya mengoleksi ikon-ikon yang sudah dikenal anak tersebut dalam bentuk kliping. Ini adalah sebagai cara memanfaatkan obsesinya untuk mengajarkannya membaca sehingga dia terdorong dengan sendirinya tanpa perlu dipaksa," jelas Gunadi.

"Jika tiga tahapan itu sudah dilalui, barulah anak dikenalkan dengan proses belajar membaca. Pertama, ya itu tadi, kenalkan terlebih dahulu dengan huruf-huruf vokal. Jangan langsung diajarkan berurut. (*)

Editor: Redaksi